Seringkali ketika kita menemui orang yang berpandangan sempit, kita akan berkata "Ya ampun hari gini masih berpikiran kayak gitu? Kurang jauh ih lo mainnya."
Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga sih. Tapi yang saya maksud di sini kita tidak harus bepergian untuk bisa berpikiran luas, namun memiliki kerendahan hati untuk memandang segala sesuatu (terutama jika terjadi suatu konflik) dari segala sisi. Kerendahan hati untuk tidak egois memaksakan pemikiran kita sendiri. Kerendahan hati untuk mencoba memposisikan diri sebagai orang lain.
Jujur saya salut dengan penulis karena ia bisa bertahan berbaur dengan masyarakat lokal di negara-negara lain, yang bisa jadi prinsip dan gaya hidupnya tidak sejalan dengan dirinya sendiri. Apalagi tempat-tempat yang dikunjungi penulis banyak yang  anti-mainstream dan bisa jadi tidak ramah turis.
Saya percaya ketika kita memiliki kerendahan hati untuk membuka diri (sekaligus bersikap kritis), berani untuk memposisikan diri sebagai orang lain, melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dan disertai pengetahuan yang cukup, maka niscaya tidak akan berpikiran sempit.
3. Berinteraksi dengan Orang Luar Tidak Semudah Kelihatannya
Well, pesan yang ketiga ini sebenarnya menjadi reminder khusus bagi saya. Sebagai seorang introvert, saya cenderung tertutup ketika berada di lingkungan atau di tengah orang-orang baru. Meski begitu saya justru punya minat besar terhadap kultur budaya masyarakat tertentu. Sementara untuk bisa mengenal budaya lokal langsung dari masyarakatnya, tentu kita harus berani membuka interaksi dengan mereka dan tentunya dengan cara yang pantas.
Penulis yang berhasil menggali begitu dalam tentang kehidupan sosial, budaya, bahkan pandangan politik dari orang-orang yang baru ditemuinya, membuat saya merasa kagum.
Bagi sebagian orang, membuka percakapan santai saja mungkin sangat sulit. Apalagi kalau bisa sampai berdiskusi panjang kali lebar. Berinteraksi dengan orang-orang baru memang tidak semudah kelihatannya, tapi kalau tidak dicoba ya tidak bakalan tahu hasilnya seperti apa kan?
Rekomendasi
Saya tidak akan banyak komentar lagi, yang jelas buku ini sangat inspiratif untuk dibaca. Buku ini akan mengajak kita untuk berpikir lebih kritis terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas diri, mengajak kita untuk memandang sesuatu dari sisi yang lain, serta mengingatkan kita untuk lebih bertoleransi terhadap keberagaman.
Penulis menyampaikan kisah-kisah persinggahannya dengan begitu apik, termasuk detail mengenai setting, kondisi tempat yang dikunjungi. Bahkan diselingi dengan informasi sejarah yang mengikuti tempat atau masyarakat yang ia temui. Meskipun tebal, pembaca tidak mudah merasa bosan karena kita dapat berimajinasi sekaligus memperkaya isi otak kita dengan informasi-informasi baru.