Wilem merasa dilema jika meminta pertolongan ke Indonesia dia akan dianggap pengkhianat, namun tidak bisa berharap banyak juga ke Papua Nugini. Wilem hanya ingin bisa hidup selayaknya manusia.
3. Darah dan Nasionalisme
Dalam buku ini, beberapa kali penulis menginformasikan mengenai asal-usulnya, bahwa ia keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di Indonesia, kemudian menempuh perguruan tinggi di China, dan akhirnya menjadi jurnalis yang berkeliling ke berbagai negara-negara yang memiliki sejarah konflik.
Ada kalanya ia merasa mengalami krisis identitas. Ketika di Indonesia ia dianggap bukan keturunan asli orang Indonesia. Namun ketika dia ke China justru juga tidak dianggap sebagai saudara oleh masyarakat Tionghoa di sana.
Pada bab ini penulis sangat kritis dalam menyampaikan pandangannya mengenai hubungan antara darah dengan kebangsaan dan nasionalisme. Menurutnya identitas kebangsaan sesungguhnya bukanlah masalah garis keturunan yang mengalir dalam darah kita, melainkan tentang rasa diterima dan rasa memiliki.
Perlakuan berbeda pada orang yang berbeda dengan kita secara terus menerus hanya akan menimbulkan konflik etnis, pemberontakan, dan separatisme. Ketika kita merasa diterima, dengan sendirinya kita akan memiliki sense of belonging. Kedua hal tersebut pada akhirnya akan membuat seseorang yakin dan menjadikan sebuah bangsa sebagai identitas dirinya dan rela berkorban untuk kepentingan bangsanya.
Moral Cerita
Karena masing-masing cerita memiliki latar belakang dan kisah tersendiri, maka sebetulnya ada banyak pesan dan moral yang bisa kita petik dari buku ini. Beberapa diantaranya:
1. Menghormati dan Menghargai Keberagaman
Perlu diketahui bahwa bukan hanya Indonesia yang memiliki keragaman suku dan budaya. Banyak negara lain di luar sana yang juga memiliki keberagaman. Dan dari cerita-cerita penulis, saya menangkap satu hal yang pasti. Mereka yang tidak menghormati dan menghargai keberagaman bangsanya sendiri pada akhirnya akan mudah dihasut untuk merasa benci dan merasa paling benar. Pada akhirnya sikap tersebut hanya akan mengantar kita pada konflik berlarut-larut dan perpecahan bangsa.
2. Tidak Hanya Memandang Suatu Hal dari Satu Sisi