Tapi setelah beberapa bulan saya ikut Paskibra, saya tidak lagi mengalami itu semua. Fisik saya betul-betul dipaksa untuk dilatih kekuatannya.
Tidak Mudah Gentar
Ibarat vaksin, akibat terlalu banyak dan sering menerima omelan dan bentakkan dari senior, saya menjadi kebal. Saya belajar untuk tetap tenang dan tidak mudah panik (apalagi baper) meski ada pressure dari luar.
Bahkan waktu saya mengikuti ospek saat kuliah pun, boleh dibilang saya termasuk salah satu dari sedikit mahasiswi baru yang tahan terhadap tekanan senioritas di kampus. Dan selama delapan tahun saya bekerja, saya juga masih tahan terhadap sikap atasan yang kadang mengintimidasi.
Melatih Fokus dan Koordinasi
Boleh dibilang menjadi seorang Paskibra, fokus dan koordinasi adalah hal yang wajib. Saat baris-berbaris, saya dilatih untuk berkonsentrasi terhadap komando yang diberikan, namun di satu sisi harus bisa berkoordinasi secara baik dengan anggota lainnya supaya tercipta keselarasan dan kekompakkan.
Keseimbangan akademik
Menjadi anggota Paskibra sekolah, kita juga dilatih untuk bisa menerapkan skala prioritas. Dulu setiap kali menjelang 17an, latihan Paskibra akan semakin intensif. Latihan bisa berjalan sejak pulang sekolah hingga sore hari.Â
Di satu sisi kami tidak punya banyak waktu luang untuk mengulang pelajaran, tapi di sisi lain kami tidak boleh sampai mengorbankan nilai akademik karena pada dasarnya Paskibra hanyalah kegiatan ekskul dan sekolah adalah prioritas utama. Apalagi kalau kita menjadi anggota Paskibraka di tingkat kecamatan, kota, atau bahkan provinsi. Pastinya agak repot membagi waktunya.
Well, kira-kira seperti itulah cerita nostalgia saya sebagai mantan Paskibra sekolah. Mungkin pembaca sekalian ada yang pernah atau masih menjadi anggota Paskibra / Paskibraka? Cerita di kolom komentar yah.
Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-76. Indonesia tangguh, Indonesia tumbuh!