Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Dari Dexamethasone hingga Molnupiravir, Perjalanan Panjang Mencari Obat Covid-19

20 November 2021   15:43 Diperbarui: 8 Maret 2022   12:59 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Materi Genetik Virus RNA (Sumber: Geralt via pixabay.com)

Penggunaan Dexamethasone secara sembarangan bisa menyebabkan berbagai efek samping, termasuk diantaranya moon face (wajah bengkak) jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Meski memang sering digunakan sebagai kombinasi obat untuk mengatasi radang saat flu, tapi Dexamethasone belum terbukti secara klinis mampu menyembuhkan pasien Covid-19. Namun dalam jurnal penelitian yang sudah ada, dijelaskan bahwa Dexamethasone dapat mengurangi potensi kematian pasien Covid-19 yang parah.

2. Hidroksiklorokuin & Klorokuin

Obat Malaria ini juga pernah naik daun dan digunakan dalam pengobatan Covid-19. Orang-orang sempat berbondong-bondong mencari akses untuk dapat membeli kedua obat ini, padahal obat antimalaria juga tergolong dalam obat keras.

Hidroksiklorokuin dan Klorokuin juga sempat memperoleh Persetujuan Penggunaan Darurat (Emergency Used Authorization/EUA) untuk pengobatan Covid-19 dari Badan POM. 

Namun pada November 2020, EUA Hidroksiklorokuin dan Klorokuin akhirnya dicabut karena berdasarkan hasil penelitian lebih lanjut, kedua obat ini memiliki risiko yang lebih besar daripada manfaatnya dalam pengobatan Covid-19, yakni dapat menyebabkan gangguan ritme jantung.

Meski demikian, kedua obat ini masih tetap dapat digunakan untuk pengobatan sesuai dengan indikasi yang telah disetujui.

3. Ivermectin 

Ivermectin yang merupakan anti-parasit (obat cacing) juga sempat diberitakan memiliki efek penyembuhan terhadap pasien Covid-19. Namun seperti yang dikutip dari laman BPOM, saat ini belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk mendukung publikasi tersebut.

Sebagai informasi, Ivermectin sebagai obat cacing di Indonesia juga masih tergolong baru dan penggunaannya harus diawasi oleh dokter karena juga termasuk dalam golongan obat keras. Oleh sebab itu ada baiknya agar masyarakat juga berhati-hati, dan tidak membeli obat ini secara sembarangan (misal melalui platform online).

Well, penelitian masih terus berjalan. Bukan tidak mungkin jika di kemudian hari ketiga obat ini dinyatakan memiliki efek penyembuhan terhadap Covid-19. Begitu pula dengan obat-obat lainnya. Namun demikian ada baiknya penggunaannya tetap harus didasarkan pada bukti ilmiah terbaru yang mendukung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun