Selain itu, buku ini juga menyajikan banyak plot twist yang membuat saya sebagai pembaca jadi penasaran dan pada akhirnya manggut-manggut mengerti. Contohnya, mengapa Leksi hanya dibesarkan oleh Mace dan Mabel, seperti apa masa lalu Mace, darimana Mabel berasal, bagaimana Mabel menjadi salah satu orang yang cukup disegani oleh orang di sekitarnya, mengapa ibu Yosi terkesan sangat jahat, dan lain sebagainya.
Meski ada banyak plot twist, penulis tetap mampu menyampaikan cerita dengan runut tanpa bahasa yang berbelit-belit, sehingga saya kira pembaca tidak bingung saat membacanya.
Selain itu walaupun penulis hanya sedikit menggunakan bahasa lokal dalam dialog antar tokohnya, saya sebagai pembaca lumayan bisa merasakan dan membayangkan situasi yang digambarkan. Pastinya juga belajar sedikit-sedikit kosakata Bahasa Papua.
Well, mengingat isu yang disampaikan lumayan berat, buku ini kurang cocok untuk dibaca oleh anak-anak meskipun isinya bercerita tentang seorang anak kecil.
Moral Cerita
Tanah Tabu sejatinya adalah sebuah cerita fiksi, namun isinya menyampaikan isu sosial, budaya, ekonomi, dan politik masyarakat Papua melalui kacamata Leksi yang polos namun kritis dan cerewet. Termasuk isu mengenai pro dan kontra pertambangan emas di Papua. Nah, ada beberapa moral yang bisa saya bagikan setelah membaca buku ini misalnya:
1. Pendidikan adalah jalan keluar dari kemiskinan
Saya sependapat dengan Mace dan Mabel bahwa pendidikan adalah jalan keluar dari kemiskinan dan penindasan. Kekayaan mungkin bisa berbicara namun sifatnya semu karena jika kita tidak memiliki pengetahuan untuk mengelola dan memanfaatkannya dengan baik, tetap saja tidak akan berguna.
2. Adat-istiadat patut dilestarikan namun tetap harus dinamis
Meskipun Indonesia sudah lama merdeka dan gelora emansipasi wanita yang diwariskan Ibu Kartini telah lama digaungkan, kita tidak bisa menutup mata bahwa hingga saat ini mungkin masih ada beberapa adat-istiadat suku tertentu yang merugikan atau memberatkan pihak perempuan. Saya setuju bahwa adat-istiadat setiap suku perlu dilestarikan untuk menjaga identitas bangsa Indonesia yang majemuk, namun di saat yang sama harus bersifat dinamis. Apa yang sekiranya dianggap merugikan sebaiknya tidak perlu dilanjutkan atau dimodifikasi.
3. Cermat dalam menerima perubahan dari luar untuk kemajuan