Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

[Resensi] Tanah Tabu

12 Juni 2021   07:00 Diperbarui: 12 Juni 2021   07:03 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, buku ini juga menyajikan banyak plot twist yang membuat saya sebagai pembaca jadi penasaran dan pada akhirnya manggut-manggut mengerti. Contohnya, mengapa Leksi hanya dibesarkan oleh Mace dan Mabel, seperti apa masa lalu Mace, darimana Mabel berasal, bagaimana Mabel menjadi salah satu orang yang cukup disegani oleh orang di sekitarnya, mengapa ibu Yosi terkesan sangat jahat, dan lain sebagainya.

Meski ada banyak plot twist, penulis tetap mampu menyampaikan cerita dengan runut tanpa bahasa yang berbelit-belit, sehingga saya kira pembaca tidak bingung saat membacanya.

Selain itu walaupun penulis hanya sedikit menggunakan bahasa lokal dalam dialog antar tokohnya, saya sebagai pembaca lumayan bisa merasakan dan membayangkan situasi yang digambarkan. Pastinya juga belajar sedikit-sedikit kosakata Bahasa Papua.

Well, mengingat isu yang disampaikan lumayan berat, buku ini kurang cocok untuk dibaca oleh anak-anak meskipun isinya bercerita tentang seorang anak kecil.

Moral Cerita

Tanah Tabu sejatinya adalah sebuah cerita fiksi, namun isinya menyampaikan isu sosial, budaya, ekonomi, dan politik masyarakat Papua melalui kacamata Leksi yang polos namun kritis dan cerewet. Termasuk isu mengenai pro dan kontra pertambangan emas di Papua. Nah, ada beberapa moral yang bisa saya bagikan setelah membaca buku ini misalnya:

1. Pendidikan adalah jalan keluar dari kemiskinan

Saya sependapat dengan Mace dan Mabel bahwa pendidikan adalah jalan keluar dari kemiskinan dan penindasan. Kekayaan mungkin bisa berbicara namun sifatnya semu karena jika kita tidak memiliki pengetahuan untuk mengelola dan memanfaatkannya dengan baik, tetap saja tidak akan berguna.

2. Adat-istiadat patut dilestarikan namun tetap harus dinamis

Meskipun Indonesia sudah lama merdeka dan gelora emansipasi wanita yang diwariskan Ibu Kartini telah lama digaungkan, kita tidak bisa menutup mata bahwa hingga saat ini mungkin masih ada beberapa adat-istiadat suku tertentu yang merugikan atau memberatkan pihak perempuan. Saya setuju bahwa adat-istiadat setiap suku perlu dilestarikan untuk menjaga identitas bangsa Indonesia yang majemuk, namun di saat yang sama harus bersifat dinamis. Apa yang sekiranya dianggap merugikan sebaiknya tidak perlu dilanjutkan atau dimodifikasi.

3. Cermat dalam menerima perubahan dari luar untuk kemajuan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun