Kalau nonton film atau drama Korea, saya selalu merasa takjub melihat adegan saat mereka makan. Mereka sanggup makan makanan pedas (dan panas pula) dengan cepat.Â
Meski wajahnya terlihat menderita saking pedasnya, tapi tetap saja dimakan. Waktu saya berkunjung ke Seoul pun, cukup banyak makanan yang saya jumpai yang menggunakan cabai.
Sama seperti orang Korea, orang Batak juga menyukai makanan pedas. Apalagi jika menggunakan rempah khas Batak yakni Andaliman. Rasa pedas-getir menjadikan makanan khas Batak terasa lebih unik dan spesial.
Tapi anehnya meski saya juga orang Batak, saya tidak terlalu menyukai makanan pedas. Meskipun begitu, ada level-level pedas tertentu yang masih bisa diterima oleh lidah saya.Â
Bagi saya, rasa pedas menutup semua rasa makanan yang lain dan kebetulan perut saya memang tidak kuat menerima makanan pedas, sekuat apapun saya mencobanya supaya terbiasa. Oleh sebab saya tidak suka makanan pedas, saya jadi sering diledek 'Batak KW' deh.
Suaranya keras meski hatinya tidak
Kalau dengan orang Batak yang sedang berkumpul, biasanya suara mereka mengobrol bisa terdengar hingga ke ujung jalan saking kerasnya. Apalagi kalau semuanya berebut ingin bicara.Â
Orang yang tidak terbiasa mendengar, pastilah mengira mereka sedang marah atau bertengkar, padahal sebenarnya mereka hanya bersemangat. Kalau gak keras suaranya gak afdol. Begitulah kira-kira. Tapi meskipun suara orang Batak ini lantang-lantang, percayalah hati mereka lembut kok. Uhuy!
Orang Korea pun tipikalnya sama. Suara mereka lantang ketika berbicara. Mereka tidak segan berteriak meski dalam suasana pembicaraan yang santai. Pokoknya kalau gak keras gak seru lah.
Para wanitanya tangguh
Saya melihat para wanita Korea adalah wanita yang tangguh. Kegigihan mereka bersaing dalam dunia pendidikan dan pekerjaan cukup mengesankan. Bahkan para ibu yang sambil bekerja pun (baik yang masih memiliki suami maupun single mother), mampu mengurus anak-anaknya sambil mencari uang.