Kurang lebih sama dengan kebudayaan orang Korea yang sangat concern dengan pendidikan. Anak-anak sekolah di Korea Selatan seringkali pulang dari sekolah atau tempat belajar hingga larut malam, terutama ketika mereka sedang mempersiapkan diri mengikuti ujian masuk universitas.Â
Tidak heran juga, dulu angka bunuh diri sempat tinggi di kalangan siswa/siswi karena tekanan pendidikan yang keras semacam ini.
Menunda pernikahan sebelum mencapai kemapanan
Salah satu faktor kaum muda Korea menunda pernikahan adalah faktor kemapanan. Saat ini umumnya mereka berusaha untuk lebih dulu meraih karier dan kehidupan yang cukup mapan sebelum akhirnya menikah.Â
Mereka mempertimbangkan tingginya biaya hidup yang diperlukan ketika mereka memutuskan untuk berkeluarga.Â
Dan salah satu caranya adalah menekan pengeluaran seminim mungkin, misal biaya tempat tinggal. Biaya sewa dan deposit tempat tinggal (misal apartemen) di Korea Selatan lumayan tinggi, apalagi jika ingin membeli rumah tapak.
Maka tidak heran ketika mereka masih single dan merantau ke kota, mereka lebih memilih menyewa apartemen berukuran kecil demi menghemat pengeluaran.
Bahkan saat ini Goshiwon (kos-kosan) yang berukuran super kecil cukup laku di kalangan para karyawan yang baru mulai bekerja demi menghemat pengeluaran. Selain harganya murah, umumnya tidak memerlukan deposit.
Kurang lebih sama dengan orang-orang Batak, kaum muda saat ini (terutama yang merantau) umumnya mengutamakan kemapanan karier dan finansial sebelum memikirkan pernikahan.Â
Biaya pernikahan adat Batak di kota yang lumayan tinggi, hingga jaminan kehidupan setelah menikah menjadi faktor utama mengapa mereka ingin memperoleh kemapanan lebih dulu sebelum menikah.
Suka makanan pedas