Selain itu, kini peluang wanita dalam berkarier juga lebih besar dan posisi-posisi penting pun mulai banyak dipegang oleh wanita. Maka tidak heran, standar usia pernikahan wanita Korea dan boru Batak juga mulai bergeser naik.
Sama-sama punya marga
Orang Batak dan orang Korea sama-sama memiliki marga yang disematkan pada namanya. Bedanya cuma peletakannya. Kalau orang Korea diletakkan di depan nama, orang Batak diletakkan di belakang nama.
Dulu ada aturan di Korea yang melarang pernikahan dengan marga yang sama. Aturan tersebut diatur dalam Hukum Sipil Korea pasal 809. Sama seperti orang Batak, pernikahan dengan marga yang sama pun dilarang secara adat.Â
Terutama marga-marga yang sudah menetapkan perjanjian atau ikrar bahwa pria dan wanita dengan marga tertentu tidak boleh menikah (namarpadan). Misal marga Sitorus dan Hutajulu, Sinambela dan Panjaitan, dan lainnya.Â
Lalu ada juga kelompok marga Parna (keturunan Raja Naiambaton) yang jumlahnya sangat banyak. Itulah mengapa kalau muda-mudi Batak bertemu, yang ditanya pertama kali adalah marga/boru. Supaya jangan terlanjur cinta, eh ternyata dilarang secara adat.
Seiring perkembangan zaman, pada tahun 2005 pasal 809 tersebut diperbaharui dan Korea Selatan mengizinkan pernikahan dengan marga yang sama. Hal ini disebabkan oleh faktor urbanisasi yang memungkinkan kesempatan orang Korea dengan marga yang sama untuk bertemu dan jatuh cinta lebih besar.Â
Terutama pada tiga klan terbesar yakni Kim dari Gimhae, Park dari Milyang dan Lee dari Jeonju. Contohnya kayak pernikahan Song - Song couple yang kemarin heboh itu (Song Joong Ki dan Song Hye Kyo), meski akhirnya mereka bercerai juga sih.
Orang Batak pun kini ada yang menikah dengan marga yang serumpun (dengan catatan tidak ada perjanjian adat di antara kedua marga), padahal boleh dikatakan marga serumpun itu memiliki kekerabatan kakak-adik pada tingkat leluhur.Â
Pernikahan dengan marga serumpun ini dianggap dapat mengganggu tatanan dasar/sistem kekerabatan masyarakat Batak yang disebut Dalihan Na Tolu. Meski demikian, fenomena ini memang terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan/sosial dan tentunya faktor cinta.
Contoh terdekat, karena saya boru Gultom, marga yang serumpun dengan Gultom adalah marga Samosir/Harianja, Pakpahan, dan Sitinjak, yang merupakan keturunan Raja Sonang.Â