Isinya macam-macam, mulai dari soal sekolah, teman, keluarga, pencapaian, dan sebagainya. Beranjak SMA, topiknya bertambah soal naksir-naksiran, kegalauan hati soal rencana pendidikan, dan lain sebagainya.
Ketika kuliah, saya mulai jarang menulis buku harian karena kesibukan di perkuliahan farmasi sungguh luar biasa. Meski begitu, saya tetap menuliskan peristiwa-peristiwa penting yang saya alami.Â
Dan tetap berlanjut ketika saya mulai bekerja hingga sekarang. Kalau dihitung-hitung, total sudah ada tujuh buku harian yang saya tulis. Dan saya berencana akan tetap terus menulis buku harian, karena itulah cara saya mengabadikan riwayat hidup saya.
1. Melepas Stres
Kadang ada kalanya kita merasa penat akibat tekanan yang dialami saat menjalani pendidikan, pekerjaan, atau mungkin tekanan dari lingkungan sosial. Kadang kita merasa jenuh dan tidak tahu harus berbuat apa.Â
Hal-hal semacam ini tentunya bisa membuat kita stres. Namun ketika kita tidak bisa atau tidak nyaman untuk mencurahkan apa yang kita alami kepada orang lain, menulis jurnal harian bisa menjadi salah satu cara melepas stres. Dengan menulis, kita bisa mengeluarkan unek-unek tanpa perlu merasa malu, apalagi dihakimi.Â
Tidak peduli tutur bahasa kita berantakan, alur maju-mundur, tulisan seperti cakar ayam, panjang atau pendek. Pokoknya kita menulis sampai puas.
Jadi daripada kita mencurahkan stres dan kegalauan hati di media sosial, lebih baik kita menuliskannya di jurnal. Bukan tidak mungkin, setelah kita lebih tenang karena telah mencurahkannya dalam tulisan, pikiran kita jadi lebih jernih dalam menghadapi suatu permasalahan.
2. Self Reminder
Dalam jurnal harian, saya pernah menuliskan impian-impian saya, cita-cita saya, dan hal-hal lain yang ingin saya capai di masa depan. Menulis jurnal harian bisa menjadi pengingat bagi kita sendiri mengenai hal-hal yang ingin kita raih di masa depan.Â
Seperti apa target jangka pendek maupun jangka panjang kita, apa saja yang sudah dicapai, apa yang belum dan bagaimana strategi yang harus kita terapkan untuk mencapainya.
Oh ya, dari jurnal harian itu pula, saya jadi ingat kembali kalau dulu saya pernah ingin jadi penulis karena banyak membaca novel. Dan rupanya kini keinginan saya tercapai. Walaupun bukan sebagai penulis novel, saya senang bisa menjadi salah satu penulis di Kompasiana.Â