2. Melakukan sortasi/memilih simplisia yang tidak tercampur tumbuhan lain, bersih dari tanah, tidak rusak karena penyakit tanaman atau serangan hama, dan tidak terkontaminasi kapang (beberapa jenis kapang dapat menghasilkan senyawa toksik/beracun yang dapat merugikan kesehatan).
3. Memastikan peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih. Bila perlu menggunakan peralatan berbahan stainless steel.
4. Setelah proses sortasi, simplisia nabati dicuci dengan air bersih mengalir. Bila perlu dibantu dengan sikat yang lembut atau semprotan air untuk membersihkan bagian-bagian yang sulit. Jangan lupa tiriskan untuk menghilangkan air sisa pencucian.
5. Setelah proses pencucian dan penirisan, dilakukan perajangan yakni dengan cara pemotongan atau pengirisan untuk memperkecil ukuran. Tujuannya supaya hasil penyarian lebih optimal.
6. Proses perebusan atau penyeduhan dilakukan dengan air bersih secukupnya, dengan menggunakan wadah berbahan logan nirkarat atau keramik hingga mendidih. Lama perebusan tergantung simplisia nabati yang digunakan. Biasanya bunga atau daun lebih cepat dibandingkan akar, rimpang, kulit batang dan lainnya.
Simplisia nabati segar/kering umumnya direbus dalam air mendidih (100C) selama 15-30 menit, sedangkan serbuk kering dapat diseduh selama sekitar 5 menit.
7. Larutan hasil rebusan disaring dan diminum dalam kondisi hangat.
8. Untuk penyimpanan dapat menggunakan wadah yang bersih dan sesuai, kondisi sejuk dan tidak terlalu lama. Dan sebelum dikonsumsi kembali, pastikan tidak terjadi perubahan organoleptik (warna, bau dan rasa).
Tradisi nenek moyang dalam menggunakan bahan-bahan alam sebagai obat perlu kita lestarikan sebagai bagian dari kearifan lokal. Namun seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, meskipun kita mengolahnya sendiri, kita tetap harus aware dengan cara mengkonsumsi sesuai indikasi (jangan asal konsumsi), serta menerapkan cara pengolahan, penggunaan, dan penyimpanan yang baik dan benar.
Referensi: