Berbagi sebagai Bentuk Pengorbanan
Saya ingat pernah menulis suatu artikel bahwa kita tidak perlu menunggu menjadi orang kaya untuk berbagi. Bagi saya, berbagi itu bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, dan dalam bentuk apa saja. Namun hendaknya sesuai kemampuan kita.Â
Meskipun kita memiliki kemampuan lebih, tapi jika berbagi hanya sekenanya (mengharapkan imbalan pula), tentunya tidak baik. Namun memaksakan untuk berbagi sebesar-besarnya padahal tidak sesuai kemampuan, juga kurang baik. Oleh sebab itu berbagi bukan soal nilai dan jumlahnya, tapi yang penting semampunya dan seikhlasnya.
Berbagi juga bukan melulu soal materi. Waktu, tenaga dan pikiran juga bisa menjadi objek yang kita bagikan. Dengan berbagi berarti kita sudah merendahkan hati untuk mengorbankan sesuatu demi kepentingan orang lain.
Jujur, saya sempat merasa agak iri ketika banyak orang di luar sana yang berlomba-lomba untuk berkontribusi membantu sesama di tengah pandemi. Mulai dari mengumpulkan dana bantuan, menyumbang APD bagi tenaga kesehatan, dan lainnya. Namun beruntung di masa pandemi ini, saya memiliki kesempatan untuk terlibat langsung membantu mereka yang membutuhkan.
Misalnya pengemudi ojek online & ojek pangkalan, pedagang, penjaga rel kereta api, petugas parkir, dan supir angkot. Bukan Bakti Sosial besar-besaran memang, karena paket yang kami bagikan hanyalah 131 paket. Untuk pengadaannya sendiri berasal dari dana sukarela yang kami kumpulkan dari warga perumahan.
Baksos kami adakan hari Minggu pagi, tepat di hari Paskah. Meskipun kami tidak pergi ke gereja, saya senang tetap bisa mengamalkan semangat Paskah secara lebih nyata.Â
Dengan perlengkapan dan peralatan seadanya, karena kebetulan acara ini juga agak mendadak dan persiapannya juga Cuma sekitar satu minggu, kami membuka pos ala kadarnya di depan perumahan.
Bapak-bapak bertugas membagikan kupon, sementara ibu-ibu bertugas menjaga stand untuk menyambut dan memberikan paket kepada penerima manfaat. Loh, bukannya pemerintah menghimbau untuk menghindari kerumunan?
Namanya juga pembagian sambako, kami juga sudah memperkirakan hal ini. Jadi sebisa mungkin kami atur sedemikian rupa supaya pembagian kupon dilakukan secara bertahap, sehingga mereka yang datang tidak berbondong-bondong.Â