Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semangat Berbagi di Tengah Pandemi

15 April 2020   16:50 Diperbarui: 15 April 2020   16:56 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengikuti Misa Malam Paskah 2020 lewat siaran langsung televisi (Dokumentasi Pribadi)

Berbagi sebagai Bentuk Pengorbanan

Saya ingat pernah menulis suatu artikel bahwa kita tidak perlu menunggu menjadi orang kaya untuk berbagi. Bagi saya, berbagi itu bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, dan dalam bentuk apa saja. Namun hendaknya sesuai kemampuan kita. 

Meskipun kita memiliki kemampuan lebih, tapi jika berbagi hanya sekenanya (mengharapkan imbalan pula), tentunya tidak baik. Namun memaksakan untuk berbagi sebesar-besarnya padahal tidak sesuai kemampuan, juga kurang baik. Oleh sebab itu berbagi bukan soal nilai dan jumlahnya, tapi yang penting semampunya dan seikhlasnya.

Berbagi juga bukan melulu soal materi. Waktu, tenaga dan pikiran juga bisa menjadi objek yang kita bagikan. Dengan berbagi berarti kita sudah merendahkan hati untuk mengorbankan sesuatu demi kepentingan orang lain.

Jujur, saya sempat merasa agak iri ketika banyak orang di luar sana yang berlomba-lomba untuk berkontribusi membantu sesama di tengah pandemi. Mulai dari mengumpulkan dana bantuan, menyumbang APD bagi tenaga kesehatan, dan lainnya. Namun beruntung di masa pandemi ini, saya memiliki kesempatan untuk terlibat langsung membantu mereka yang membutuhkan.

Ibu-ibu menyiapkan paket sembako (Dokumentasi Pribadi)
Ibu-ibu menyiapkan paket sembako (Dokumentasi Pribadi)
Bersama beberapa tetangga saya di perumahan, kami mengadakan Bakti Sosial dengan membagikan sembako bagi mereka yang penghasilannya terdampak kebijakan PSBB & Social Distancing yang ditetapkan oleh pemerintah. 

Misalnya pengemudi ojek online & ojek pangkalan, pedagang, penjaga rel kereta api, petugas parkir, dan supir angkot. Bukan Bakti Sosial besar-besaran memang, karena paket yang kami bagikan hanyalah 131 paket. Untuk pengadaannya sendiri berasal dari dana sukarela yang kami kumpulkan dari warga perumahan.

Baksos kami adakan hari Minggu pagi, tepat di hari Paskah. Meskipun kami tidak pergi ke gereja, saya senang tetap bisa mengamalkan semangat Paskah secara lebih nyata. 

Dengan perlengkapan dan peralatan seadanya, karena kebetulan acara ini juga agak mendadak dan persiapannya juga Cuma sekitar satu minggu, kami membuka pos ala kadarnya di depan perumahan.

Bapak-bapak bertugas membagikan kupon, sementara ibu-ibu bertugas menjaga stand untuk menyambut dan memberikan paket kepada penerima manfaat. Loh, bukannya pemerintah menghimbau untuk menghindari kerumunan?

Namanya juga pembagian sambako, kami juga sudah memperkirakan hal ini. Jadi sebisa mungkin kami atur sedemikian rupa supaya pembagian kupon dilakukan secara bertahap, sehingga mereka yang datang tidak berbondong-bondong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun