Meski begitu, Deokhye dan Takeyuki memiliki seorang putri yang bernama Tso Masae. Deokhye bertekad untuk kembali ke Joseon dan membawa Masae, membesarkannya sebagai orang Korea. Namun sayangnya Masae justru mengalami krisis identitas di masa remajanya setelah mengalami bullying oleh teman-temannya karena berdarah campuran Korea-Jepang.
Pada akhirnya Takeyuki mengirim Deokhye ke rumah sakit jiwa untuk dirawat dan pada saat Deokhye di rumah sakit, Masae diketahui telah bunuh diri. Kematian anaknya semakin memperparah penyakit Deokhye. Pada tahun 1953, Deokhye resmi bercerai dari Tso Takeyuki dan terperangkap di rumah sakit selama lima belas tahun tanpa ada yang mengenalinya.
Pada akhirnya Kim Jang-Han kembali ke Jepang untuk menyelamatkan Deokhye, dengan bantuan Bok-Sun, seorang dayang pribadi yang pernah melayani Deokhye.
Deokhye meninggal dunia pada tanggal 21 April 1989 di Changdeok-gung dan dimakamkan di Namyangju dekat Seoul.
Walaupun ada sedikit perbedaan jalan cerita antara film dan bukunya, kisah Deokhye diceritakan sangat emosional. Dan menurut saya, pemilihan para aktor dan aktrisnya juga sangat pas.
Baik Kim So-Hyun sebagai Deokhye remaja dan Son Ye-Jin sebagai Deokhye dewasa juga sangat menjiwai karakter Deokhye yang kalem, lembut namun tetap menyimpan prinsip yang kuat sebagai seorang putri Korea di masa penjajahan. Akting Kim Jae-Wook (pemeran Tso Takeyuki) dan Park Hae-Il (pemeran Kim Jang-Han) juga patut diacungi jempol.
Selain para pemeran utama, saya juga sangat terkesan dengan aktris Ra Mi-Ran yang memerankan dayang Bok Sun yang sangat setia dan menyayangi Deokhye. Adegan pertemuan mereka saat Deokhye pulang ke Korea terasa sangat emosional.
Pokoknya baik buku maupun filmnya, sangat recommended untuk dinikmati.