Ada yang sudah dengar kisah tentang Deokhye Ongju? Kalian para pecinta Hallyu Wave di luar sana, harus tahu ceritanya.
Saya sendiri pertama kali tahu kisah tentang Deokhye Ongju justru dari film berjudul The Last Princess. Dari situ saya baru tahu kalau film tersebut juga terinspirasi dari buku dengan kisah yang sama namun dengan judul berbeda yaitu, Princess Deokhye yang ditulis oleh penulis asal Korea Selatan, Kwon Bee-Young. Kesimpulan saya setelah menonton film dan membaca kisahnya adalah, tidak semua kisah tentang putri raja selalu indah.
Putri Deokhye ('Ongju' dalam bahasa Korea berarti 'putri') adalah keturunan terakhir Dinasti Joseon (Joseon adalah nama Korea pada zaman dahulu) yang pada masa itu dipimpin oleh Raja Gojong. Deokhye adalah putri bungsu Raja Gojong dan selirnya, Nyonya Bongnyeong. yang dilahirkan di pertengahan tahun 1912 di Changdeok-gung, di tengah masa penjajahan Jepang.
Dikisahkan bahwa pada masa itu, kekuasaan dan wewenang Raja Korea berada di bawah kendali Jepang. Dan rupanya ada orang dalam kerajaan yang pro pada Jepang dan berniat 'menjual' Joseon supaya bisa dikuasai penuh oleh Jepang.
Raja Gojong yang sangat menyayangi Deokhye, sudah 'membaca' situasi ini sehingga ia menjodohkan Deokhye kecil dengan Kim Jang-Han, keponakan dari seorang bendahara pengadilan yang dikenal memiliki kepribadian yang baik dan setia pada Korea. Tujuannya tak lain adalah supaya ada yang melindungi Deokhye di masa depan.
Tak disangka, konspirasi penggulingan kekuasaan raja terjadi begitu cepat. Raja Gojong diperkirakan meninggal akibat diracun di kamarnya dan sejak saat itulah kisah tragis Deokhye dimulai.
Ketika menginjak remaja, Deokhye dikirim paksa ke Jepang dengan alasan melanjutkan studi seperti kakak laki-lakinya yang sudah berada di Jepang lebih dulu. Deokhye tahu bahwa ia sebenarnya sedang 'dibuang' sebagai suatu bentuk langkah Jepang (yang perlahan tapi pasti) untuk melenyapkan Joseon beserta semua keturunan kerajaannya.
Di sisi lain, Kim Jang-Han yang selalu mengingat pesan yang diucapkan raja padanya bahwa ia harus selalu melindungi Deokhye, pergi ke Jepang bersama para pejuang Joseon lainnya. Misinya adalah menyelamatkan Deokhye dan membawanya kembali ke Joseon.
Namun usaha mereka ternyata gagal dan Deokhye semakin terkungkung dan merasa terlunta-lunta di Jepang.
Pada akhirnya Deokhye dipaksa menikah dengan seorang pria Jepang bernama Tso Takeyuki. Dan lagi-lagi Deokhye tahu bahwa ini adalah cara pemerintah Jepang untuk menghilangkan garis keturunan kerajaan Joseon, sama seperti yang sudah dilakukan terhadap kakak laki-lakinya yang terpaksa menikahi wanita Jepang.
Meski begitu, Deokhye dan Takeyuki memiliki seorang putri yang bernama Tso Masae. Deokhye bertekad untuk kembali ke Joseon dan membawa Masae, membesarkannya sebagai orang Korea. Namun sayangnya Masae justru mengalami krisis identitas di masa remajanya setelah mengalami bullying oleh teman-temannya karena berdarah campuran Korea-Jepang.
Pada akhirnya Takeyuki mengirim Deokhye ke rumah sakit jiwa untuk dirawat dan pada saat Deokhye di rumah sakit, Masae diketahui telah bunuh diri. Kematian anaknya semakin memperparah penyakit Deokhye. Pada tahun 1953, Deokhye resmi bercerai dari Tso Takeyuki dan terperangkap di rumah sakit selama lima belas tahun tanpa ada yang mengenalinya.
Pada akhirnya Kim Jang-Han kembali ke Jepang untuk menyelamatkan Deokhye, dengan bantuan Bok-Sun, seorang dayang pribadi yang pernah melayani Deokhye.
Deokhye meninggal dunia pada tanggal 21 April 1989 di Changdeok-gung dan dimakamkan di Namyangju dekat Seoul.
Walaupun ada sedikit perbedaan jalan cerita antara film dan bukunya, kisah Deokhye diceritakan sangat emosional. Dan menurut saya, pemilihan para aktor dan aktrisnya juga sangat pas.
Baik Kim So-Hyun sebagai Deokhye remaja dan Son Ye-Jin sebagai Deokhye dewasa juga sangat menjiwai karakter Deokhye yang kalem, lembut namun tetap menyimpan prinsip yang kuat sebagai seorang putri Korea di masa penjajahan. Akting Kim Jae-Wook (pemeran Tso Takeyuki) dan Park Hae-Il (pemeran Kim Jang-Han) juga patut diacungi jempol.
Selain para pemeran utama, saya juga sangat terkesan dengan aktris Ra Mi-Ran yang memerankan dayang Bok Sun yang sangat setia dan menyayangi Deokhye. Adegan pertemuan mereka saat Deokhye pulang ke Korea terasa sangat emosional.
Pokoknya baik buku maupun filmnya, sangat recommended untuk dinikmati.
Barang Pribadi yang Dikembalikan ke Korea
Pada tahun 1982, Kim Young-Sook seorang ahli pakaian tradisional Korea pertama kali mengenali koleksi barang-barang milik Deokhye yang dipamerkan di sebuah museum di Jepang. Koleksi tersebut sejatinya milik Museum Kostum Bunka Gakuen dan diperkirakan bahwa barang-barang tersebut telah didonasikan oleh pangeran Youngchin, kakak Deokhye, pada tahun 1955 ke Universitas Bunka Gakuen.
Ini menunjukkan bahwa meskipun Deokhye pernah terlupakan selama beberapa waktu, pada akhirnya Deokhye kembali mendapat tempat di hati rakyat dan pemerintah Korea karena kecintaannya pada tanah airnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H