Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

KLB di NTB, Mengenal Lebih Jauh tentang Rabies

22 Februari 2019   17:35 Diperbarui: 22 Februari 2019   21:24 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keparahan infeksi virus selain kategori paparan, misalnya tingkat keparahan gigitan/cakaran, jumlah virus rabies yang menginfeksi, dan status imunitas (kekebalan tubuh) korban.

Adapun gejala / perubahan perilaku pada manusia yang diduga terinfeksi virus Rabies misalnya:

  • Merasakan sakit dan gatal pada daerah bekas gigitan,
  • Demam, lelah dan sakit kepala selama beberapa hari,
  • Takut air (hydrofobia), terganggu pada cahaya terang, angin, dan suara bising,
  • Hiperaktif, mudah marah dan merasa depresi,
  • Pada tahap tertentu, hanya dengan melihat air dapat memicu kejang.

Pertolongan Pertama

Seperti yang sudah saya singgung di atas, bahwa kategori paparan berpengaruh pada tingkat keparahan dan urgenitas pemberian pertolongan pertama/Pencegahan Pasca-Paparan (Post-Exposure Prophylaxis / PEP). Menurut WHO, kategori tersebut dibagi menjadi:

Kategori I
Pada kategori ini paparan melalui sentuhan saat memberi makan hewan, kontak atau jilatan pada kulit utuh (tanpa luka). Kategori ini tidak digolongkan sebagai paparan sehingga PEP tidak diprioritaskan.

Kategori II
Pada kategori ini, paparan berupa gigitan pada kulit yang tak terlindungi, cakaran minor atau lecet tanpa perdarahan harus mendapat PEP berupa vaksin yang harus disuntikkan segera.

Kategori III
Pada kategori ini, paparan berupa gigitan dalam (transdermal) baik tunggal maupun berulang, jilatan pada kulit yang luka, dan kontaminasi ludah pada membran mukosa.

Pemberian vaksin dan Rabies Immunoglobulin (RIG) harus diberikan sesegera mungkin. Namun pemberian imunoglobulin dapat diberikan hingga 7 hari setelah injeksi atau vaksin pertama (misal jika immunoglobulin tidak tersedia saat itu juga).

Ada dua kategori vaksin Rabies berdasarkan asalnya yaitu, Tissue Culture Origin (berasal dari kultur jaringan) dan Embryonated Egg Origin (berasal dari embrio telur).

Vaksin Rabies Modern yang kini telah tersedia antara lain Human Diploid Cell Vaccine (HDCV), Purified Vero Cell Rabies Vaccine (PVRV), Purified Chick-Embryo Cell Vaccine (PCECV) dan Purified Duck Embryo Vaccine (PDEV).

WHO kini lebih merekomendasikan penggunaan Vaksin Rabies Modern karena lebih poten, lebih aman digunakan dan memberikan efek imunitas lebih panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun