Hingga saat ini sudah banyak jenis virus flu yang dianggap berbahaya karena mengakibatkan kematian.Â
Contoh kasus flu dan infeksi pernafasan yang pernah heboh karena menimbulkan tingkat kematian yang tinggi misalnya Flu Burung (H5N1) dan MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus).Â
Pada September 2018 lalu, seluruh penumpang pesawat yang terbang dari Dubai ke New York dikarantina setelah 100 penumpangnya menderita sakit pernafasan dan dikhawatirkan mereka membawa virus MERS yang bisa menularkan ke banyak orang dalam hitungan jam.
Penyakit influenza jika diabaikan, tidak menutup kemungkinan akan berkembang menjadi komplikasi seperti sinusitis, infeksi telinga, hingga pneumonia (radang paru-paru). Maka ada banyak kasus kematian yang muncul akibat influenza.
Kasus kematian terbesar akibat influenza yang pernah dicatat adalah pandemi flu tahun 1918 atau dikenal juga dengan 'Spanish Flu', yang mana sekitar 500 juta manusia terinfeksi dan diperkirakan sekitar 50 juta meninggal dunia (WHO). Tahun 2018 lalu menandai peringatan 100 tahun pandemi Spanish Flu.Â
Oleh sebab itu penyakit flu tidak boleh dipandang remeh. Apalagi didukung fakta bahwa virus flu adalah virus yang terkenal 'paling pintar bermutasi'.
Pengobatan
Karena penyebabnya adalah virus, maka jangan sekali-sekali minum antibiotik untuk mengobati flu dan selesma. Faktanya masih banyak yang menganggap 'tidak afdol' kalau belum minum antibiotik.Â
Ingat, tidak semua penyakit memerlukan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang salah dapat menyebabkan resistensi antibiotik seperti yang sudah pernah saya bahas dalam artikel saya sebelumnya.
Umumnya dokter akan meresepkan dekongestan, analgesik (penghilang rasa sakit), anti radang non-steroid (Anti-Inflamasi Non-Steroid/AINS), obat batuk dan vitamin (antioksidan atau immunomodulator) untuk mengobati selesma. Dan tentunya harus disertai istirahat dan minum air putih yang cukup oleh pasien.