Jadi sekali lagi saya mengingatkan supaya kita selalu menjadi konsumen yang cerdas. Ada banyak iklan terkait produk (makanan, minuman, obat maupun suplemen) di luar sana berlomba untuk menarik perhatian konsumen. Namun kita harus pintar memilah supaya kita tidak dirugikan.
Saya merasa perlu menulis artikel ini karena berdasarkan kacamata saya sebagai farmasis, ada beberapa hal yang menurut saya produk ini belum tentu memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku karena:
1. Klaim khasiat yang berlebihan dan terdengar too good to be true.
2. Setelah dicek di website BPOM, produk tersebut tidak terdaftar (tidak ada NIE). Meski mungkin beberapa produk lain sejenis ada yang terdaftar.
3. Informasi penjual maupun pabrik tidak jelas. Bahkan dalam iklannya jelas tertulis bahwa pemilik website berhak melakukan perubahan terhadap Kebijakan Privasi dengan alasan kepentingan keselamatan dan menjaga anonimitas pelanggan.
4. Beberapa ketentuan iklan tidak dipenuhi sesuai Peraturan Kepala BPOM No. 8 tahun 2017 tentang Pedoman Teknis Pengawasan Periklanan Obat yaitu:
- Iklan tidak boleh mencantumkan klaim "aman" tanpa disertai keterangan yang memadai. Dalam iklan tersebut tercantum kalimat "Garcinia cambogia membuat penurunan berat badan menjadi alami dan aman".
- Pemeran dalam Iklan tidak boleh beriklan dalam bentuk testimoni, baik dengan mencantumkan nama, paraf maupun tanda tangan yang dapat mengesankan bahwa Iklan tersebut merupakan pengalaman dan atau pernyataan resmi dari si pemeran. Dalam iklan tersebut, ada banyak bentuk testimoni pengguna yang digunakan untuk memperkuat opini pembaca.
Apalagi harga produk ini terbilang mahal. Di iklan tersebut, harga yang dicantumkan untuk satu botol berisi 30 kapsul yakni 490.000 rupiah. Dan nampaknya produk ini hanya dijual secara online. Tentunya sayang bukan, jika harus membuang uang sebesar itu untuk suatu produk yang boleh saya katakan belum pasti keamanan dan khasiatnya.
Dan satu masukan saya untuk media (terutama Detik.com karena kebetulan saya melihat iklan tersebut terus menerus ditayangkan di Detik.com), jangan asal menerima artikel advertorial, terutama yang berkaitan dengan obat atau suplemen. Paling tidak perlu dilakukan kroscek juga tentang legalitasnya ke badan otoritas terkait.
Referensi: Medscape 1; Medsacpe 2; Jurnal; Researchgate; Webmd
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H