Alasannya sekali seumur hidup. Jadi pengantin perempuan harus terlihat heboh bin glamor bin mewah. Kebaya brokat harus yang kualitas tinggi dan full payet, songket dan selendang harus baru berharga jutaan rupiah, make-up dan hair-do harus dari salon terkenal, tak lupa perhiasan emas yang bikin silau mata.
Seragam Tamu Undangan
Ini yang paling membuat saya heran. Entah sejak kapan dan dari mana kebiasaan memberikan seragam kepada para tamu undangan. Dan setahu saya, memberikan seragam keluarga bukan suatu keharusan.
Dalam pernikahan adat Batak (mungkin yang lainnya juga ada) pasti keluarga mempelai mengalokasikan dana untuk membeli seragam keluarga. Padahal pembelian seragam ini termasuk salah satu unsur yang biayanya dapat ditekan.
Jujur saja menurut saya terkadang 'perseragaman' ini memberatkan keluarga mempelai. Mengapa? Karena kalau hanya orang tertentu saja yang diberikan, yang lain akan iri.
Bahkan ada yang terang-terangan bertanya, "seragam untuk saya mana?". Masih mending hanya bertanya seperti itu, tapi ketika muncul satu pertanyaan lagi, "uang jahitnya mana?". Kebayang dong pusingnya keluarga mempelai?
Bahkan bila kalian dimintai bantuan untuk jadi bridesmaid atau bestman, terima lah dengan sungguh-sungguh (jika memang mau) tanpa meminta imbalan seragam, sepatu dan macam-macam. Jika calon pengantin mengalokasikan untuk itu syukuri, tapi jika tidak ya jangan protes apalagi menolak permintaan mereka.
Sinamot (Mahar)
Dalam tradisi pernikahan adat Batak, Sinamot akan diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Besaran sinamot ini juga tidak ada standar pastinya. Semua tergantung kesepakatan dan keikhlasan kedua belah pihak yang akan mengadakan Ulaon.