Ada dua istilah yang saya dapat dari bacaan hari ini (soal book shaming) yaitu "bookworm snobbery" dan "imposter syndrome".
Bookworm snobbery, jika diterjemahkan, artinya menjadi "kecongkakan kutu buku." Orang-orang yang gemar membaca, seringkali memiliki sejenis kesombongan bahwa ia sudah banyak membaca sekian banyak bacaan "kelas berat" yang barangkali tidak sanggup dicerna oleh "orang kebanyakan".
Mengutip kalimat seorang kolega lama (dalam konteks bercanda);
"In brief, I am like a noble and you guys are peasants!"
(Saya seperti bangsawan dan kalian cuma orang jelata!)
Sementara "imposter syndrome" adalah perilaku yang dihasilkan akibat bookworm snobbery di atas.
Pernah tidak, Anda tiba-tiba kepingin sekali membeli dan membaca sebuah buku hanya karena semua orang mengatakan bahwa buku itu sangat keren dan mengesankan, bahwa kalau Anda membaca buku itu, maka Anda juga akan auto-keren?
Jika iya, maka Anda sudah terjangkit imposter syndrome.
Makna dari Imposter syndrome sendiri adalah fenomena psikologis dimana penderita tidak percaya bahwa ia bisa meraih kesuksesan sehingga memilih untuk "berpura-pura sebagai orang lain".
Dalam kasus buku, ini terjadi pada mereka yang terkena hype buku keren, kemudian membacanya dan ikut-ikutan berkomentar betapa bagusnya buku tersebut bla bla bla hanya karena mereka tak ingin dianggap ketinggalan zaman atau kurang keren.
"Dunia Sophie" adalah salah satu buku terlaris yang sempat membuat banyak orang heboh membicarakannya. Saya ingat, zaman kuliah dulu, berusaha membaca buku ini (terjemahan) karena saya juga ingin tahu sekeren apa buku itu. Ternyata saya tak paham apa isinya hahahaha. Dibolak-balik pun sama. Saya sampai tidak percaya diri karena merasa "aduh aku bodoh sekali ternyata."