Mohon tunggu...
Irma Nurmalasari
Irma Nurmalasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM : 43222010039 Jurusan : Akuntansi Kampus : Universitas Mercu Buana Dosen Pengampu : Prof. Apollo Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Kepemimpinan Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV pada Upaya Pencegahan Korupsi

11 November 2023   13:44 Diperbarui: 11 November 2023   13:44 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dibuat sendiri oleh penulis

d) Sembah Rasa berarti mengenal diri sendiri melalui pikiran yang sejati. Rakyat yang merasa perasaan sebenarnya telah mampu menyatu dengan egonya Tuhan (manunggaling Kawula gusti) dalam tasawuf Jawa yang sudah melewati bagian mahu, sakar dan suhu.

5. Kinanthi

Tembang kinanthi dalam Serat Wedhatama dapat digunakan dalam upaya pencegahan korupsi dengan maksud menyampaikan pesan-pesan moral dan moralitas dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Kinanthi dapat menggambarkan kisah-kisah yang mengangkat konflik, pilihan hidup, dan perjuangan moral. Melalui tembang kinanthi, individu dapat belajar dan menginternalisasi nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sebagai bagian dari upaya mencegah korupsi dan menjalani kehidupan yang bermoral.

Pada dasarnya, tembang dalam Serat Wedhatama dapat menjadi sumber inspirasi dan pemahaman dalam upaya pencegahan korupsi. Melalui pemahaman dan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam pangkur, sinom, pocung, gambuh, dan kinanthi, individu akan lebih mampu menyadari bahaya dan dampak negatif korupsi serta berkomitmen untuk hidup dengan integritas dan menolak perilaku koruptif.

* Inti sari isi dari Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV

Serat Wedhatama merupakan karya sastra Jawa yang mengajarkan bagaimana menjalani kehidupan yang baik dan berbudi luhur. Serat ini memadukan nilai-nilai Jawa dan Islam dan ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV pada abad ke-19. nama "Wedhatama"; berasal dari bahasa Jawa "Wedha"; yang artinya pengetahuan dan "Tama"; artinya paling penting atau terbaik. Karya ini mengandung hikmah filosofis tentang kehidupan, antara lain pentingnya berperilaku baik, budi pekerti, dan spiritualitas. Ajaran Serat Wedhatama memuat nilai-nilai seperti kesabaran, cinta kasih dan ketaqwaan kepada Tuhan. Karya ini terbagi menjadi lima bagian atau "pupuh" yang masing-masing berisi tema atau pesan tersendiri. Pupuh pertama yang diberi judul "Pangkur" mengajarkan untuk menjauhi kejahatan dan pentingnya mendidik anak. Pupuh lain berjudul "Sinom" mengajarkan pentingnya kerendahan hati dan menuntut ilmu. Lagu ketiga berjudul "Pocung" mengajarkan tentang bahaya materialisme dan pentingnya pengendalian diri. Lagu keempat berjudul Gambuh mengajarkan pentingnya bersuci secara rohani dan mencari guru yang baik. Unggulan kelima disebut Pupuh "Kinanthi" mengajarkan pentingnya rasa puas dan bersyukur. Serat Wedhatama dianggap sebagai sumber pendidikan dan inspirasi yang berharga bagi masyarakat Jawa, dan nilai-nilai filosofis dan pendidikannya telah dipelajari dan dianalisis.

Konsep "Tri Ugering Ngaurip" yang terkandung dalam serat wedhatama Mangkunegara IV mengacu pada tiga aspek utama dalam menjalani kehidupan yang bermakna.

  • "Tri" melambangkan tiga aspek dalam kehidupan yaitu Atma (jiwa), Luhur (kebajikan), dan Diri (kehidupan). Ini menekankan pentingnya mengembangkan dan memelihara keseimbangan dalam ketiga aspek ini untuk mencapai kehidupan yang bermakna.
  • "Ugering" merujuk pada tindakan atau perilaku yang harus dilakukan secara berkesinambungan. Dalam hal ini, tri ugering ngaurip mengajarkan tentang pentingnya menjalani kehidupan dengan melakukan tindakan yang baik dan bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan.
  • "Ngaurip" mengacu pada sebuah kehidupan yang seharusnya dijalani dengan tujuan mencapai kebahagiaan dan kemakmuran yang seimbang. Ini menekankan pentingnya membangun kualitas hidup yang baik dan harmonis melalui pengembangan nilai-nilai moral, etika, dan spiritual dalam setiap aspek kehidupan.

Dengan demikian, konsep tri ugering ngaurip dalam serat wedhatama Mangkunegara IV mengajarkan tentang pentingnya menjalani kehidupan yang seimbang, penuh nilai moral, dan bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Konsep dari Tri Ugering Ngaurip sebenarnya membuka pemikiran filosofis ungkapan "golek pangupa jiwa" yang tadinya dibahas di atas. Di istilab terakhir ini mewakili kedalaman emosi yang dialami masyarakat sebagai bagian dari cita-cita spiritualitas yang berasal dari dimensi yang lebih rendah mengenal budaya Jawa. Di bagian lainnya Serat Wedhatama bahkan sembah rasa yang artinya menghayati sebagai penghargaan rasa tertinggi dianggap sebagai panggung puncak spiritualitas di atas ibadah ibadah tubuh, ibadah kreatif, dan ibadah jiwa.

Dalam Serat Wedhatama dikenal tiga golongan kepemimpinan yang disebut Nistha, Madya, dan Utama. Di bawah ini kami jelaskan pengertian ketiga jenis kepemimpinan tersebut:

1. Nistha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun