Dengan demikian, Serat Wedhatama merupakan sebuah karya yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan spiritual yang signifikan dalam tradisi sastra Jawa. Karya ini tidak hanya memberikan pedoman hidup bagi masyarakat pada masanya, tetapi juga menawarkan wawasan dan inspirasi yang relevan bagi pembaca modern. Keindahan sastra serta ajaran moral dan etisnya membuat Serat Wedhatama tetap relevan dan berharga hingga saat ini, menjadikannya sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan dan dipelajari.
*Tembang  Serat Wedhatama Diterapkan Pada Upaya Pencegahan Korupsi
Penjelasan terkait maksud dari tembang pangkur, sinom, pocung, gambuh, dan kinanthi dalam upaya pencegahan korupsi dalam konteks Serat Wedhatama adalah sebagai berikut:
1. Pangkur
Tembang pangkur dalam Serat Wedhatama dapat digunakan dalam upaya pencegahan korupsi dengan maksud untuk mengajak individu untuk mencari keselarasan dalam menjalani kehidupan yang bebas dari korupsi. Pangkur menekankan pentingnya integritas, kejujuran, dan transparansi sebagai landasan moral dalam berinteraksi dan membuat keputusan. Melalui pemahaman dan penerapan nilai-nilai pangkur, individu diarahkan untuk menjauhkan diri dari perilaku koruptif dan berkomitmen untuk menjalani kehidupan yang jujur dan bertanggung jawab.
Pada tembang Pangkur terdapat beberapa ajaran yang merupakan upaya menyucikan jiwa menjadi manusia yang mulia, antara lain:
- Tidak Mabuk Duniawi (Zuhud)
Dalam kaitannya dengan Serat Wedhatama Mangkunegara IV Tembang Pangkur, Tidak Mabuk Duniawi (Zuhud) mengacu pada sikap yang bijaksana dan tidak terlalu terikat pada kesenangan materi atau duniawi. Berikut penjelasan lebih detail mengenai apa yang dimaksud dengan tidak mabuk duniawi:
- Pemahaman yang seimbang tentang kesenangan duniawi:
- Tidak Mabuk duniawi mengajarkan pentingnya pemahaman yang seimbang tentang kesenangan materi.
- Artinya, dalam mengejar kenikmatan materi dan kenikmatan jasmani semata, tidak boleh terjebak dalam sikap dan perilaku yang berlebihan dalam mengejar materi dan kenikmatan fisik semata.
- Sikap bijak adalah keseimbangan antara kesenangan duniawi dan spiritualitas serta menjaga kebijaksanaan dalam menghadapi godaan duniawi.
- Kesadaran akan batas kenikmatan duniawi :
- Tidak Mabuk duniawi juga mencerminkan kesadaran akan batas-batas kesenangan duniawi.
- Pelajaran ini mengingatkan kita bahwa kesenangan materi hanya bersifat sementara dan tidak memberikan kebahagiaan yang abadi.
- Oleh karena itu, hendaknya jangan terlalu bergantung pada kesenangan duniawi, karena dapat menghambat pertumbuhan rohani dan mengalihkan perhatian dari fokus pada tujuan hidup yang lebih penting.
- Pengendalian diri dan disiplin:
- Tidak Mabuk duniawi juga menekankan pentingnya pengendalian diri dan disiplin dalam menghadapi godaan materi.
- Sikap ini mendorong seseorang untuk mengendalikan hawa nafsu dan menghindari perilaku yang berlebihan atau merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
- Ketenangan mendorong pertumbuhan pribadi yang seimbang di mana Anda tetap kaya secara materi, namun tidak jatuh ke dalam perangkapnya.
Karena seseorang tidak terlena dengan harta, maka ia mampu menjaga sikap bijak dan seimbang terhadap kesenangan materi dalam hidupnya. Ini membantu orang fokus pada pertumbuhan spiritual dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna dengan memprioritaskan nilai-nilai abadi dan kebahagiaan yang lebih dalam.
2. Sinom
Tembang sinom dalam Serat Wedhatama dapat digunakan dalam upaya pencegahan korupsi dengan maksud untuk menciptakan rasa kedamaian batin dalam diri individu. Sinom mengajak individu untuk mencapai ketenangan dalam menghadapi godaan korupsi yang mungkin muncul dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghayati dan mempraktikkan nilai-nilai sinom, seperti cinta, keagungan alam, dan keindahan alam, individu akan lebih terhubung dengan nilai-nilai positif dan bukan berorientasi pada keserakahan atau tindakan korupsi.
Adapun beberapa ajaran dari tembang Sinom yaitu, sebagai berikut:
- Merasa Cukup Dengan Nikmat (Qanaah)