Mohon tunggu...
irmanda nyoman
irmanda nyoman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wanita bagi Indonesia Lebih Baik

Menyampaikan aspirasi dan gagasan demi kebaikan setiap wanita dan kaum marjinal

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kerja dalam Senyap, Sosok Puan Maharani Ketika Menjabat Menko PMK

14 Agustus 2021   12:52 Diperbarui: 14 Agustus 2021   13:06 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puan meraih 4,3%, sedangkan Tjahjo Kumolo 1,6% dan Yasonna 0,9%. Untuk Pramono dan Anak Agung malah masuk kategori tidak hafal namanya sehingga responden tidak menjawab.

Hasil tersebut didapat dari survei Indo Barometer selama periode 4-14 Maret 2017. Sampel yang diambil dari 34 provinsi dengan jumlah responden mencapai 1200 orang, dan margin of error nya 3% pada tingkat kepercayaan 95%.

Sebenarnya hasil survei tersebut antara mengejutkan dan tidak mengejutkan. Tidak mengejutkan karena selama ini Puan ialah satu di antara sekian sosok menteri yang bekerja dalam senyap, tanpa media dan tidak diliputi kebijakan-kebijakan yang "menggebrak meja" seperti halnya kebijakan Susi Pudjiastuti.

Tugas sebagai menteri koordinator memang agak berbeda dengan menteri lainnya karena seorang menko harus bisa "mengatur" para menteri yang berada di bawah tanggung jawabnya.

Puan pun pernah berujar bahwa sebagai seorang Menko mengharuskan dirinya mengutamakan koordinasi dan sinkronisasi. Bahkan, awal bertugas sebagai Menko PMK, dia sempat dicap cerewet dan sangat detail oleh para deputi, staf ahli, dan staf khususnya.

Kerap kali, rapat berlangsung sampai tengah malam. Bahkan Hingga jam 12 malam pun, Puan masih kerap mengirimkan pesan ke jajarannya jika ada masalah yang harus segera ditangani.

Sementara itu, ada cerita bahwa Menko PMK Muhadjir juga pernah dihubungi berkali-kali oleh Puan ketika tidak datang rapat sampai dua kali. Tak jarang pula, seorang Menko harus menjembatani perdebatan yang terjadi dalam rapat koordinasi.

Mungkin publik tidak melihat langsung realitas hasil kerja seorang menko. Banyak orang lupa, bahwa posisi sebagai Menteri Koordinator tidak bisa disamakan dengan menteri-menteri yang bukan Menko. 

Kementerian sifatnya teknis dan secara langsung bersentuhan dengan realitas di lapangan. Oleh karena itu, posisi Menko PMK, tidak bisa diharapkan sama secara teknis dengan Kemenag atau Kemensos, misalnya, meskipun keduanya ada di bawah garis koordinasi Kemenko PMK.

Jadi, ketika berbicara tentang program-program seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Program Keluarga Harapan (PKH), sebenarnya publik sedang melihat kinerja seorang Menko PMK.

Tak berhenti di situ, masih ada Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan Pemberian Bantuan Non-Tunai. Laporan juga membuktikan angka kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sempat menurun pada 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun