Kamis sore tahun 2019, Menko PMK Muhadjir Effendy resmi menerima setumpuk dokumen yang berisikan paparan pekerjaan Kemenko PMK selama lima tahun terakhir dari pendahulunya, eks Menko PMK Puan Maharani.
Serah terima jabatan yang dilakukan di ruang Heritage Kemenko PMK Jakarta tersebut berlangsung cukup akrab. Muhadjir sempat berbagi cerita tentang dirinya yang sempat ragu menerima tawaran tugas ini karena begitu berat tanggung jawab yang dipikul seorang Menko PMK.
Muhadjir pun mengaku berbincang panjang dengan Puan yang kini menjalankan tugas sebagai Ketua DPR RI. Setelah itu, barulah dia mantap mengemban tugas baru sebagai Menko PMK.
Mantan Mendikbud tersebut menyadari bahwa tugas Menko PMK lebih berat ketimbang tugasnya dulu di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pasalnya, Kemenko PMK membawahi delapan kementerian teknis.Â
"Dulu saya membantu Bu Puan hanya satu aspek saja di pendidikan. Sekarang kan lebih menyeluruh tugasnya," ucap Muhadjir.
Dalam kesempatan itu, Puan pun mengamini beratnya tugas yang diembannya dahulu. Bahkan, dia mengatakan Menko PMK setelahnya menghadapi tantangan yang kian berat.
"Apalagi, prioritas Presiden Jokowi di periode keduanya fokus membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Dan semua hal terkait SDM unggul itu ada di Menko PMK koordinasinya," ucap Puan.
Kerja dalam senyap
Satu tahun sebelumnya, yaitu pada 2018, indonesiatoday.com merilis sebuah berita yang diambil dari rilis survei Indo Barometer terhadap kinerja menteri Kabinet Kerja, khususnya yang berasal dari PDI Perjuangan.Â
Survei tersebut memperlihatkan, ternyata nama Puan Maharani menjadi menteri asal PDI Perjuangan (PDI-P) yang memiliki tingkat kepuasan publik paling tinggi.
Puan meraih 4,3%, sedangkan Tjahjo Kumolo 1,6% dan Yasonna 0,9%. Untuk Pramono dan Anak Agung malah masuk kategori tidak hafal namanya sehingga responden tidak menjawab.
Hasil tersebut didapat dari survei Indo Barometer selama periode 4-14 Maret 2017. Sampel yang diambil dari 34 provinsi dengan jumlah responden mencapai 1200 orang, dan margin of error nya 3% pada tingkat kepercayaan 95%.
Sebenarnya hasil survei tersebut antara mengejutkan dan tidak mengejutkan. Tidak mengejutkan karena selama ini Puan ialah satu di antara sekian sosok menteri yang bekerja dalam senyap, tanpa media dan tidak diliputi kebijakan-kebijakan yang "menggebrak meja" seperti halnya kebijakan Susi Pudjiastuti.
Tugas sebagai menteri koordinator memang agak berbeda dengan menteri lainnya karena seorang menko harus bisa "mengatur" para menteri yang berada di bawah tanggung jawabnya.
Puan pun pernah berujar bahwa sebagai seorang Menko mengharuskan dirinya mengutamakan koordinasi dan sinkronisasi. Bahkan, awal bertugas sebagai Menko PMK, dia sempat dicap cerewet dan sangat detail oleh para deputi, staf ahli, dan staf khususnya.
Kerap kali, rapat berlangsung sampai tengah malam. Bahkan Hingga jam 12 malam pun, Puan masih kerap mengirimkan pesan ke jajarannya jika ada masalah yang harus segera ditangani.
Sementara itu, ada cerita bahwa Menko PMK Muhadjir juga pernah dihubungi berkali-kali oleh Puan ketika tidak datang rapat sampai dua kali. Tak jarang pula, seorang Menko harus menjembatani perdebatan yang terjadi dalam rapat koordinasi.
Mungkin publik tidak melihat langsung realitas hasil kerja seorang menko. Banyak orang lupa, bahwa posisi sebagai Menteri Koordinator tidak bisa disamakan dengan menteri-menteri yang bukan Menko.Â
Kementerian sifatnya teknis dan secara langsung bersentuhan dengan realitas di lapangan. Oleh karena itu, posisi Menko PMK, tidak bisa diharapkan sama secara teknis dengan Kemenag atau Kemensos, misalnya, meskipun keduanya ada di bawah garis koordinasi Kemenko PMK.
Jadi, ketika berbicara tentang program-program seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Program Keluarga Harapan (PKH), sebenarnya publik sedang melihat kinerja seorang Menko PMK.
Tak berhenti di situ, masih ada Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan Pemberian Bantuan Non-Tunai. Laporan juga membuktikan angka kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sempat menurun pada 2017.
Publik juga tak bisa menutup mata bahwa kesuksesan pagelaran olahraga akbar, Asian Games 2018 merupakan hasil kerja keras Menko PMK Puan ketika itu.
Tentu media masih menyimpan berita tentang persiapan Asian Games saat Puan wara-wiri melakukan kunjungan langsung ke lapangan, serta memimpin rapat-rapat untuk memastikan persiapan dan kesiapan Indonesia menggelar event berskala internasional tersebut.
Oleh karena itu, dalam konteks hasil survei Indo Barometer tersebut tidak mengejutkan bila Puan pernah diposisikan sebagai menteri terbaik, meskipun hanya dalam skala internal PDI-P. Â Hal ini memperlihatkan bahwa ketika publik mau berhenti sejenak, kinerja dan prestasi Puan sebenarnya tidak bisa dipandang sebelah mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H