UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS Â TEKS BERBENTUK PROCEDURE MELALUI MODEL PEMBELAJARANÂ
MAKE A MATCH Â DI KELAS XI MIPA 2 SMA NEGERI 3 SAPE
 TAHUN PELAJARAN 2020/2021
Â
IRMAN SUHANDI, S.Pd
Guru Bahasa Inggris SMA Negeri 3 Sape Kecamatan SapeÂ
Kabupaten Bima
- Â
ABSTRACT
This classroom action research was conducted in Class XI Mipa 2 SMA Negeri 3 Sape with a total of 29 students. This research was conducted from  March to April 2021, in the second semester of the academic year 2020/2021. The objectives to be achieved in this research are (1) to describe the improvement of student's ability to write the form of procedure text through the Make a Match Learning Model in class XI Mipa 2 SMA Negeri 3 Sape, (2) to develop learning strategy and effective learning, in class XI Mipa 2 SMA Negeri 3 Sape, (3) students can actively involve themselves in communication activities by expressing ideas, opinions and feelings in a simple oral or written way, especially in writing the form of procedural text by using the model of Make a Match learning. Subjects in this study were teachers and students class XI Mipa 2 SMA Negeri 3 Sape. The object of this research is student activity, improvement of result, and student response in applying Make a Match Learning Model in writing procedure text. Technique used in this research are observation and giving of student performance test in form of written test. The data obtained were analyzed by descriptive-qualitative and descriptive-quantitative methods. The results of this study indicate that, (1) students and teachers were very active in carrying out learning activities; (2) the application of the Make a Match Learning Model can improve the students' writing of procedural text. This can be seen from the results of observation indicates that 21 of 29 students (72,41%) were active in learning process. Student score result of written test evaluation only 1 student (0,04%) which still has not reached KKM (minimum mastery criterion). The student's post test score in the form of individual evaluation through the Student Worksheet showed 2 students (0.07%) got the 'Good' score, 12 students (0.41%) got D 'fair' score, 14 students (0.48% ) got the value of 'poor'. From the results achieved, that the method of make a match learning model can improve students' ability in writing text in the form of procedures and also can increase student activity in the learning process.
Keywords: Writing, Procedure text, Make a match
ABSTRAK
Â
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Kelas Mipa 2 SMA Negeri 3 Sape dengan jumlah siswa sebanyak 29 siswa.  Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret  sampai dengan April 2021 yaitu pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021.Â
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan kemampuan siswa menulis teks berbentuk  procedure melalui model pembelajaran Make a Match di kelas Mipa 2 SMA Negeri 3 Sape, (2) mengembangkan strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan di kelas XI Mipa 2 SMa Negeri 3 Sape, (3) siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan mengemukakan gagasan, pendapat dan perasaannya secara sederhana baik lisan maupun tertulis khususnya dalam menulis teks berbentuk procedure dengan menggunakan model pembelajarab Make a Match. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas Mipa 2 SMA Negeri 3 Sape.Â
Objek penelitian ini adalah aktivitas siswa, peningkatan hasil, dan respons siswa dalam penerapan Model Pembelajaran Make a Match  dalam menulis teks berbentuk procedure. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi/ pengamatan dan pemberian test performance siswa dengan bentuk test tulis.Â
Data yang didapatkan dianalisis dengan Metode deskriptif-kualitatif dan deskriptif-kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (1) siswa dan guru terlihat sangat aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran; (2) penerapan Model Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis teks berbentuk procedur. Hal ini dapat di lihat dari hasil pengamatan mengindikasikan bahwa 21 dari 29 siswa (72,41%) terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Nilai siswa hasil dari evaluasi test tulis hanya 1 orang siswa (0,04%) saja yang masih belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal). Nilai post test siswa berupa evaluasi individu melalui Lembar Kerja Siswa menunjukan Sebanyak 2 siswa (0,07%) mendapat nilai C 'good', 12 siswa (0,41%) mendapat nilai D 'fair', 14 siswa (0,48%) mendapat nilai E 'poor'. Dari hasil yang telah dicapai, bahwa Metode model pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk prosedur dan juga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci: Menulis, Teks Prosedure, Make a match
- PENDAHULUAN
Penguasaan kemampuan Bahasa Inggris (language skill) merupakan sebuah syarat mutlak yang harus dimiliki di era komunikasi dan globalisasi saat ini. Pembelajaran Bahasa Inggris (Language Learning) di jenjang SMA merupakan materi pokok sebagai bagian dari fungsi pengembangan diri siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni yang  diharapkan setelah menamatkan studi, Mereka mampu tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil dan berkepribadian sebagai bekal hidup di masa mendatang.
- Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris dalam jenjang SMA meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan Pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, Writing (menulis) Â merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Hal tersebut sangat menarik untuk diteliti mengingat kemampuan menulis (writing ability) sangatlah dipengaruhi oleh penguasaan kosa kata, struktur bahasa dan kemampuan siswa dalam merangkai kata menjadi sebuah teks yang berterima. Kemampuan mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure dan report adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA). Indikator dari kompetensi dasar ini antara lain adalah siswa mampu menulis teksberbentuk procedure.
- Â Teks procedure merupakan salah satu Genre text yang dipelajari di tingkat SMA. Teks procedure bertujuan untuk memberikan petunjuk tentang langkah- langkah/metoda/cara-cara melakukan sesuatu (Otong Setiawan Djuharie, 2006 :38). Teks procedure umumnya berisi tips atau serangkaian tindakan atau langkah dalam membuat suatu barang atau melakukan suatu aktifitas. Teks procedur dikenal pula dengan istilah directory. Teks procedure umumnya memiliki struktur : (1) Goal, tujuan kegiatan, (2) Materials/Ingredients, bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat suatu barang/melakukan suatu aktifitas yang sifatnya opsional, (3) Steps, serangkaian langkah-langkah melakukan suatu aktifitas. Rata -- rata siswa mengalami kesulitan dalam menulis teks terutama teks berbentuk procedure.Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model pembelajaran yang tepat, yang mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk menyusun teks procedure, serta mampu melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan mengemukakan gagasan, pendapat dan perasaannya dengan sederhana secara tertulis
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, penulis mencoba menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning dan pendekatan Cooperative Learning dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match. Model pembelajaran Make a Match yaitu teknik bermain kartu, dimana siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran make a match sebagai berikut: (1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. (2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. (3)Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. (4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat prosedur A akan berpasangan dengan kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat prosedur B dan seterusnya. (5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. (6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. (7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. (8) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. (9) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.Melalui model pembelajaran make a match diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis teks berbentuk procedure, dan juga dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan mengemukakan gagasan, pendapat dan perasaannya dengan sederhana secara tertulis
       Rumusan penelitian ini yaitu apakah model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis procedure text? Sedangkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui metode model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis procedure text.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis dan Taggart (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus.
 Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan bertempat di SMA Negeri 3 Sape Kabupaten Bima dengan subjek penelitian yaitu 29 orang siswa kelas XI Mipa 2 Alokasi waktu yang digunakan pada siklus pertama terdiri dari 2 x 45 menit. Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, tes dan observasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode descriptive kuantitatif dan deskriptive kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menghitung nilai rata-rata dari hasil tes siswa, sedangkan metode kualitatif digunakan untuk menghitung data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya. Pada proses pembelajaran ini, penulis melakukan empat langkah teknik pembelajaran yang meliputi Building Knowledge of The Field (BKOF), Modelling of the Thext (MOT), Joint Contruction of the text (JCOT) dan Individual Contstruction of the Text (ICOT). Langkah-langkah tersebut dilaksanakan juga pada siklus kedua.
- Pada langkah BKOF, guru memulai pembelajaran dengan melakukan apersepsi dan tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dimana siswa sering menggunakan teks procedure atau langkah-langkah untuk menjelaskan atau mengajak orang menyusun atau membuat sesuatu. Waktu yang digunakan dalam langkah BKOF dibatasi 10 menit
- Pada langkah selanjutnya (MOT), guru memberikan contoh teks procedure melalui media In Focus/slide. Siswa diminta untuk mengamati teks procedure langkah-langkah cara membuat coffee. Siswa diminta menuliskan poin-poin penting sebagai langkah membuat coffee instant. Langkah ini dibatasi waktu 10 menit.Â
- Langkah selanjutnya merupakan kerja kelompok atau JCOT. Siswa diminta mengelompokkan diri pada kelompok yang telah dibuat dua hari sebelumnya. Tiap kelompok siswa terdiri dari 4 orang siswa. Pada langkah ini Guru membagikan kartu yang berisi kalimat dari beberapa topik teks procedure kepada setiap siswa. Kartu tersebut dibagikan ke tiap kelompok. Tiap kelompok mendapatkan 1 buah kartu yang akan dicari pasangan kalimatnya di kelompok lain. Siswa diminta menyusun kembali kalimat yang disebarkan menjadi teks yang benar. Siswa yang aktif dan benar dalam penyusunan kalimat menjadi teks mendapatkan poin tertinggi. Pada langkah ini siswa dibatasi waktu 20 menit. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut: (1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. (2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. (3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. (4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat procedure A akan berpasangan dengan kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat procedure B dan seterusnya. (5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. (6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. (7) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. (8) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. (9) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
- Pada ICOT, siswa diberi kertas kerja yang merupakan lembar soal foto copy berisi kalimat acak (jumbled sentences) yang harus disusun menjadi teks procedure yang benar. Langkah ini dibatasi waktu 15 menit.
- Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan 2 siklus sebagai dasar penelitian tindakan kelas yaitu:
SIKLUS ke-1Â
- Tahap Perencanaan (Planning)
Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan siklus I adalah Menganalisis Silabus/ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan metode CTL dengan menggunakan model Pembelajaran make a match, merancang model pembelajaran klasikal, mendiskusikan penerapan model pembelajaran interaktif, menusun dan menyiapkan instrumen (angket, pedoman observasi, tes akhir), menyusun kelompok belajar peserta didik, merencanakan tugas kelompok. Tindakan pada siklus I akan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan.
- Tahap Pelaksanaan (Action)
Pelaksanaan tindakan siklus I berupa pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan, menerapkan model pembelajaran klasikal, melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana, memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan, mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan.
- Tahap Pengamatan (observation)
- Â Observasi dilakukan oleh rekan peneliti untuk mengambil data mengenai aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran, mulai dari kegiatan awal/ pembukaan, kegiatan inti sampai dengan kegiatan penutup. Kegiatan yang dilakukan pada tahap observasi antara lain adalah melakukan diskusi dengan guru Bahasa Inggris SMA Negeri 3 Â Sape dan kepala sekolah untuk rencana observasi, melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran klasikal yang dilakukan guru bahsa Inggris kelas XI, serta mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran klasikal, melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
- Tahap refleksi (Reflection)
Tahap selanjutnya adalah mengadakan refleksi, yaitu mengulas, membahas dan megevaluasi kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau kendala pada siklus I. Kegiatan refleksi mencakup antara lain : menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi, menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran klasikal dan mempertimbangkan langkah selanjutnya, melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran klasikal, melakukan refleksi terhadap kreativitas peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris serta melakukan refleksi terhadap hasil belajar peserta didik.
SIKLUS ke-2Â
- Tahap Perencanaan (Planning)
Pada prinsipnya kegiatan perencanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan perencanaan siklus I. Siklus II merupakan upaya perbaikan dan penyempurnaan terhadap tindakan siklus I. Semua tahapan yang dilakukan sama, hanya saja pada siklus II ada beberapa hal yang perlu ditekankan dan ditambahkan yaitu: mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya, mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran, merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus 1.
- Tahap Pelaksanaan (Action)Â
Pelaksanaan ini sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat yaitu pembelajaran yang mengacu pada langkah-langkah model pembelajaran Make a match. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tindakan siklus II adalah sebagai berikut: melakukan analisis pemecahan masalah dan melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Make a Match.
- Tahap Pengamatan (observation)
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus II dengan penerapan model pembelajaran make a match untuk mengetahui aktivitas perbaikan pembelajaran. Selanjutnya hasil observasi pada siklus II dibandingkan dengan hasil observasi pada siklus I apakah ada peningkatan atau tidak. Kegiatan pada tahap ini antara lain: melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran Make a Match, mencatat perubahan yang terjadi serta melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan umpan balik.
- Tahap Refleksi (Reflection)
Refleksi dilaksanakan setiap akhir siklus, dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan/ kendala dan akan diperbaiki pada siklus selanjutnya. Kegiatan pada tahap Refleksi adalah sebagai berikut: merefleksikan proses pembelajaran make a match, merefleksikan hasil belajar peserta didik dengan penerapan model pembelajaran make a match, menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian dan menyusun rekomendasi.
Dari tahap kegiatan pada siklus 1 dan 2, hasil yang diharapkan adalah agar (1) peserta didik memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris; Â (2) guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok khusus pada mata pelajaran Bahasa Inggris, dan (3) terjadi peningkatan prestasi peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Inggris.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran bahasa Inggris yang terjadi belum optimal, dan masih banyak permasalahan dalam pelaksanaannya, khususnya pada aspek keterampilan menulis (writing). Guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif, sehingga siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran, kemudian guru juga kurang memberi kesempatan kepada siswa dalam melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan mengemukakan gagasan, pendapat dan perasaannya secara sederhana baik lisan maupun tertulis khususnya dalam menulis teks berbentuk procedures. Hal tersebut dilihat dari siswa yang mampu menulis teks prosedure masih sangat kurang. Diskusi banyak didominasi oleh beberapa siswa sedangkan yang lain tidak berpartisipasi aktif. Hal ini menyebabkan jndikator yang diharapkan dalam keterampilan menulis teks procedure tidak tercapai, dan nilai atau hasil yang diharapkan juga belum optimal.
- Hasil penelitian yang telah dilakukan mencakup siklus ke satu dan siklus kedua sesuai perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Hasil penelitian dapat tergambar melalui tahapan sebagai berikut.
- Data hasil analisis penilaian proses dan test tulis sebagai instrumen evaluasi yang telah di refleksikan dapat dilihat bahwa pada siklus ke 1 pembelajaran menyusun kalimat menjadi teks procedure menggunakan model pembelajaran make a match tidak berhasil secara maksimal karena hasil test dan proses tidak mencapai nilai yang diharapkan. Hal ini dapat ditemukan sebanyak 12 orang (41%) siswa saja yang secara aktif mengikuti pelajaran sesuai dengan harapan. Sedangkan mayoritas siswa, yaitu sebanyak 17 orang (59%) siswa masih terlihat pasif dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran make a match. Nilai yang diperoleh siswa pun belum menunjukkan hasil yang signifikan, bahkan dalam indikator mengidentifikasi generic structure dan language feature tidak ada satu siswa pun yang memperoleh nilai A (excellent). Mayoritas siswa, atau sebanyak 18 orang (0,62%) mendapat nilai E (poor), satu orang siwa (0,03%) mendapat nilai B (Very Good), satu orang siswa (0,03%) mendapat nilai C (Good), enam orang siswa (0,21%) mendapat nilai D (fair). Dengan kata lain implementasi tindakan pada siklus ke 1 tidak berhasil dan dapat dikatakan pembelajaran tersebut mengalami kegagalan dan akan diperbaiki di siklus ke 2.
- Pada tindakan siklus ke 2 guru mulai melakukan beberapa perbaikan dari kelemahan tindakan pembelajaran. Kelemahan yang ditemukan dalam siklus ke 1 meliputi media pembelajaran yang kurang relevan, siswa belum terbiasa/ belum akrab dengan mode pembelajaran make a match, serta pembatasan alokasi waktu tiap tahapan belajar yang kurang diperhatikan oleh guru. Hal tersebut menjadi dasar perbaikan di siklus ke 2. Guru kemudian memperbaikinya dengan menggunakan media video berupa film yang menyajikan tata cara/ prosedur menggunakan mesin ATM, siswa terlihat antusias dan fokus pada proses pembelajaran. Selain itu, guru membagikan kartu ke tiap kelompok masing-masing, satu siswa mendapat satu buah kartu untuk di cocokkan dengan teman satu kelompok. Batasan waktu dan penjelasan permainan make a match juga disampaikan oleh guru.
- Setelah peneliti melakukan analisis data dari hasil observasi yang dilakukan melalui penilaian proses dan test menulis, peneliti dan para obeserver yang terdiri dari para guru Bahasa Inggris SMA Negeri 3 Sape melakukan refleksi. Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan tindakan siklus ke 2. Data akhir hasil dari pengolahan data dan analisis menunjukkan peningkatan yang signifikan bahwa 21 dari 29 siswa (72,41%) terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Nilai siswa hasil dari evaluasi test tulis hanya 1 orang siswa (0,3%) saja yang masih belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal). Nilai post test siswa berupa evaluasi individu melalui Lembar Kerja Siswa menunjukan Sebanyak 2 siswa (0,07%) mendapat nilai C 'good', 12 siswa (0,41%) mendapat nilai D 'fair', 14 siswa (0,48%) mendapat nilai E 'poor'.
- Dengan demikian hasil pelaksanaan tindakan siklus ke 2 telah mengalami kenaikan yang cukup signifikan, walaupun peneliti belum merasa puas akan hasil yang telah ditemukan. Hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan model make a match dapat mengatasi masalah siswa dalam menyusun kalimat acak menjadi teks padu berbentuk procedure dan dapat membuat siswa berpartisifasi aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa implementasi tindakan pada siklus ke 2 mendapat respon yang dar siswa.
- . Kenaikan hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
- Tabel 1. Peningkatan Hasil Proses Pembelajaran
- Aktifitas Siswa
- Siklus ke 1
- Siklus ke 2
- Progress
- Prosentase keaktifan siswa dalam pembelajaran
- 41,38%
- 72,41%
- 31,03
- Â
- Tabel 2. Peningkatan Hasil Test SiswaÂ
- Aktifitas Siswa
- Siklus ke 1
- Siklus ke 2
- Progress
- Prosentase Nilai Siswa Yang Mencapai KKM (65)
- 0,21%
- 0,48%
- 0,27%
- Prosentase Siswa yang melebihi KKM (> 70)
- 0,28%
- 0,72%
- 0,44%
- Hasil Rata-rata Nilai Test Writing
- 62,81
- 70,10
- 7,29
- Berdasarkan data tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan penelitian yang telah dilaksanakan mengalami keberhasilan. Dengan kata lain, implimentasi tindakan pembelajaran melalui model pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks berbentuk procedure dan meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.
Â
- SIMPULAN DAN SARAN
- Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, Penggunaan Model Pembelajaran make a match dapat meningkatkan kemampuan menulis teks procedure bagi siswa kelas XI Mipa 2 SMA Negeri 3 Sape pada semester 2 tahun pelajaran 2020/2021. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui evaluasi/ test tulis dengan rata-rata nilai siswa pada siklus pertama 62,81 meningkat pada siklus ke 2 menjadi 70,10. Kedua, Penggunaan Model Pembelajaran make a match dan media pembelajaran video dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan prosentase keaktifan siswa pada siklus pertama sebesar 41,38% meningkat pada siklus kedua menjadi 72,41%.
- Berdasarkan hasil refleksi kedua siklus, peneliti membuat catatan beberapa saran untuk perbaikan di masa mendatang sebagaimana berikut: (1) Guru hendaknya senantiasa melakukan pengamatan sejauh mana peningkatan belajar siswa di kelas. (2) Penulis menyarankan agar guru mulai mencoba menggunakan model pembelajaran kelompok seperti model pembelajaran make a match dalam pembelajaran karena siswa dapat termotivasi dan bekerjasama melalui pembelajaran yang menyenangkan disesuaikan dengan konteks yang menjadi tujuan pembelajran. (3) Perhatian guru terhadap peningkatan mutu pendidikan Bahasa Inggris khususnya perlu ditingkatkan demi keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Keterampilan menulis sangat essensial dihubungkan dengan aspek pengembangan diri siswa ke depan. (4) Model pembelajaran yang variatif hendaknya selalu dicoba sebagai upaya menciptakan proses pembelajaran aktif, inovatif, komunikatif, efektif dan menyenangkan sesuai dengan prinsip PAIKEM. (5) Guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi menulis mereka. (6) Dalam upaya Membantu memperbaiki/meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar guru hendaknya terus menggali potensi siswa guna meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis (writing) teks bahasa inggris.
- DAFTAR PUSTAKA
- Â
Anita  Lie. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia , 2005
Arikunto, Suharsimi. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen PMPTK.
Kemmis, S. dan Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Deakin:
 Deakin University.
Mulyana, Slamet.2007. Penelitian Tindakan Kelas Dalam PengembanganÂ
 Profesi Guru. Bandung: LPMP.
Mulyasa. (2003). Â Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, KarakteristikÂ
       dan Implementasi.  Bandung : Remaja Rosda karya.
Suhardjono et.al. 2005. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Di Â
      Bidang  Pendidikan Dan Angka Kredit Pengembangan Profesi  Â
      Guru. Jakarta: Dirjen Dikgu dan Tentis.
Stringer, R. T. 1996. Action research: A handbook for practitioners.
      London International Educational and Profesional Publisher.
Wibawa, Basuki. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas
 Dirjen Pendasmen Dirtendik: 2003.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI