Diambilnya Handphone miliknya kemudian kalimat demi kalimat ia ketikkan untuk memberi penjelasan kepada wali santri tersebut. Kasus air yang tidak lancar tidak bisa menjadi sebuah justifikasi jika air di pondok itu menjadi masalah besar karena faktanya terganggu hanya di waktu-waktu tertentu, seperti jika ada maintenance mesin.Â
Pengasuh yang konon katanya jahat juga  tidak beralasan karena dari info yang di dapat dari santri lainnya bahwa kakak pengasuh mereka baik. Mereka akan bersuara agak tinggi jika ada santri yang sudah berulang diarahkan untuk segara mengikuti salah satu kegiatan, namun masih enggan dan malas bergerak.Â
Hal yang masih wajar tentunya ketika mereka sedikit meninggikan suara ketika ada anak asuhnya yang abai terhadap aturan atau tidak mau mengikuti kegiatan di asrama. Yang tidak dibenarkan jika mereka mengeluarkan kata-kata umpatan, ejekan atau berkata kasar kepada adik asuhnya. Karena sejatinya semua proses di pondok adalah dalam rangka pendidikan. Maka apakah itu di asrama, di madrasah, di kantin, di dapur umum semuanya harus menjadi support system bagi suksesnya pendidikan dan pembinaan santri di pondok.Â
Wali santri yang mendapatkan penjelasan yang detail dengan bahasa yang santun meskipun lewat untaian kata yang tertulis itu,  merasa puas dan mengucapkan terima kasih. Satu kata yang melekat kuat dalam ingatannya bahwa anak perlu diarahkan untuk belajar  menyelesaikan masalahnya sendiri, karena tidak ada yang dapat menjamin bahwa orang tua akan selalu hadir di saat-saat mereka dalam masalah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H