Mohon tunggu...
Muhammad Irham Maulana
Muhammad Irham Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hidup Untuk Menulis dan Menulis untuk Menghidupkan. Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Jangan biarkan kata-kata bersarang di kepala. Biarkan ia menyelinap ke dalam kertas dan berkelana di halamannya.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Artikel Utama

Makna Baju Baru dan Maaf-Maafan di Hari Kemenangan

27 April 2022   14:58 Diperbarui: 30 April 2022   08:45 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi silaturahmi saat lebaran. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Tradisi baju baru begitu pula praktek kesosialan yang dikemas dalam keluputan perlu dimaknai secara praktek kontinu. Artinya, tradisi atau terminologi semacam ini perlu dikembangkan secara berkala, tidak hanya pada momen tertentu, melainkan setiap waktu. 

Seumpama saya menilai, khususnya baju baru saat lebaran, itu biasa-biasa saja, bahkan sangat lumrah. Berpakaian baru, merias penampilan fisik, dan lain sebagainnya sudah menjadi rutinitas atau aktivitas normal manusia untuk menyempurnakan trend dan gaya hidup. Adakah perbedaan mencolok mengenai berpakaian baru saat lebaran dengan hari-hari biasa?

Saya menjawab ada. Perbedaan itu tidak terletak sebagaimana keterangan di atas, tetapi lebih pada bagaimana cara kita menemukan pemahaman baru mengenai tradisi baju baru saat lebaran. Pertama, baju baru tidak hanya berlaku sahaja pada momen tertentu, melainkan setiap waktu sehingga bukan sesuatu yang istimewa. 

Kedua, makna tradisi baju seharusnya tidak hanya bermanifestasi pada hal-hal eksternal (fisik), melainkan internal (jasmani dan rohani) manusia pula. Dalam hal ini saya menyebut "tradisi baju baru saat lebaran" berarti juga harus mengaitkan"penampilan baru setelah lebaran" meliputi bentuk sikap, karakter, dan perilaku.  

Penampilan baru, artinya perubahan sikap, karakter, dan perilaku sepatutnya perlu diterapkan tidak hanya sekali setahun. Pasalnya, Tiga komponen tersebut adalah pakaian dalam (internal clothing) manusia yang dapat berubah setiap detik, menit, jam, bahkan kapanpun. 

Tidak menutup kemungkinan, tiga komponen itu tidak menghasilkan buah yang manis tatkala pohonya dirawat secara batas harian. Kalau berpakaian baru laik berbanding lurus hanya pada momen lebaran, ini berarti mengucilkan makna Hari Raya Idul Fitri, dimana manifestasi Hari Kemenangan tidak mengenal batas waktu, tradisi, bahkan pengertian  sekalipun. Tetapi, sekali lagi kemenangan mampu berkamuflase menjadi komponen yang renewable dan produktif baik untuk diri sendiri atau orang lain.

Sudah pasti, menghasilkan sesuatu yang baru dan produktif dibutuhkan komponen yang memadai. Semisal, kita akan menciptakan perubahan baru pada generasi Z, maka kita butuh usaha, kecerdasan, kedewasaan, dan kesungguhan untuk merealisasikannya. 

Ini tidak jauh beda dari usaha-usaha menciptakan penampilan baru yang produktif dan bermanfaat juga butuh kerja sama dari kesadaran setiap orang agar mampu memaknai secara jelih dibalik tradisi baju baru dan keluputan saat lebaran. Terminologi keluputan dapat menjadi salah satu alternatif untuk melangsungkan keharmonisan, kerukunan, kesejahteraan antar bermasyarakat.

this photo taken from tagar.id
this photo taken from tagar.id

Di sisi lain, Orientasi keluputan dapat menumbuhkan sikap dan perilaku saling menyayangi dan mengasihi. Rasa sayang kemudian menimbulkan perilaku menghargai dan menghormati. Sedangkan, mengasihi berpotensi membentuk individu saling menolong dan bergotong royong. 

Kalau kemudian digambarkan secara jelas, aktivitas semacam ini nampaknya telah dikubur secara perlahan dan pemandangan ini dapat dilihat hanya dalam tempo waktu yang singkat. Mengapa tidak diperlihatkan lalu kemudian dilakukan pada hari-hari waras?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun