Jika kamu tidak yakin bisa sembuh, mustahil bisa sembuh. Ini yang saya sebut sebagai sayang banget sama fobia yang kamu derita. Kamu masih enggan melepaskan fobia dari dirimu. Jangan berharap untuk sembuh, jika kamu masih sayang banget sama fobia yang kamu derita.
Bisa jadi kamu telah sembuh pada terapi pertama, tetapi fobia itu akan kambuh lagi, manakala kamu mengundangnya kembali, dengan cara melakukan kebiasaan yang dulu menyebabkan kamu fobia.
Contohnya, kita sebut saja Andre. Andre menderita fobia sosial, takut untuk tampil di depan kelas ataupun di depan orang banyak. Ketika mendapatkan tugas presentasi, Andre selalu gagap, gugup dan berkeringat dingin. Dengan gugup ketika berpresentasi, lantas membuat setiap orang yang hadir disitu, berbisik-bisik dan bahkan menertawakan Andre.Â
Situasi menjadi semakin sulit dan menegangkan. Andre yang biasanya lancar saja berbicara dengan sahabatnya, lantas menjadi gagap. Orang-orang semakin menertawakan Andre. Andre semakin kacau.
Andre kemudian datang ke klinik hipnoterapi, disana dia yakin bahwa dia akan sembuh total dari fobia untuk berpresentasi di depan orang banyak. Terapis melakukan tugasnya dengan maksimal. Senyum Andre mengembang setelah terapi. Andre melangkah mantap meninggalkan klinik hipnoterapi. Sekarang Andre telah percaya diri.
Ketika tugas presentasi kedua, Andre telah siap dengan kepercayaan diri penuh. Anehnya, di detik-detik terakhir menjelang waktu presentasi. Andre merisaukan banyak hal yang sejatinya tidak penting. Andre mengingat kembali momen-momen ditertawakan, diolok-olok, dan diejek teman-temannya. Andre menjadi was-was dan keringat mulai membasahi tubuhnya.
Terapis yang membantu Andre tidak salah sama sekali. Andre sendirilah yang mengundang ketakutan itu datang kembali. Andre mulai memunculkan perasaan-perasaan takut, kenangan buruk dan memutar memori kelam.
Jika kamu di posisi Andre, mungkin kamu akan membelanya. Tetapi saya tekankan disini adalah, kebiasaan berpikir negatif, memutar memori buruk dan mengenang kenangan buruk adalah cara terbaik untuk mengundang fobia untuk muncul kembali.
Jadi, Andre melupakan satu hal yang dijelaskan oleh Terapis, yaitu pemaknaan yang salah. Andre memaknai kenangan yang buruk itu sebagai kenangan yang pasti kembali kepada dirinya.
Untuk menghindari hal ini, mari kita bahas hal yang mendasar.
Segala sesuatu yang terjadi kepada kita adalah kenangan. Kenangan menjadi indah atau kelam, sangat tergantung bagaimana kita memaknai kenangan tersebut.