Mohon tunggu...
M. Irham Jauhari
M. Irham Jauhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Too good to be true mostly not true.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Harus Yakin 100 Persen agar Bisa Sembuh dari Fobia

15 Juni 2023   17:44 Diperbarui: 15 Juni 2023   17:53 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi Orang yang sedang menjalani Terapi Fobia oleh cottonbro studio dari Pexels.com

Faktanya, fobia bisa dihilangkan dalam beberapa menit saja.

Faktanya, Kamu tidak perlu berjuang bertahun-tahun untuk sembuh dari fobia. 

Entah percaya atau tidak, fakta ini benar adanya. Kamu harus tahu, bahwa untuk menghilangkan fobia yang bertahun-tahun kamu derita. Tidak sesulit yang kamu bayangkan.

Syarat yang pertama adalah kamu harus yakin 100 persen bahwa kamu bisa sembuh.

Mungkin dari kamu ada yang pernah mengikuti program penyembuhan fobia, yang harus datang bolak-balik ke terapis, dan hasilnya tidak memuaskan.

Kok bisa begitu?

Bisa, karena banyak hal. Kemungkinan pertama, terapis kurang mahir. Kedua, kamu masih sayang banget sama fobia yang kamu derita.

Ketika kamu datang ke terapis untuk berkonsultasi dan terapi. Jika ada sedikit saja keraguan, maka bisa dipastikan terapi yang kamu jalani akan gagal total. Tidak peduli seberapa besar keinginan kamu untuk sembuh. Tetapi perasaan ragu-ragu benar-benar akan menggagalkan semua proses terapi dan semua proses penyembuhan psikologis.

Jika kamu ingin melanjutkan terapi dengan terapismu tersebut. Pertama-tama yang harus kamu benahi adalah perasaanmu terlebih dahulu. Kamu harus yakin seratus persen, bahwa kamu bisa sembuh dengan bantuan terapismu tersebut. Tidak ada cara lain.

Kamu harus punya keyakinan, bahwa kamu bisa sembuh dari fobia yang kamu derita.

Jika kamu tidak yakin bisa sembuh, mustahil bisa sembuh. Ini yang saya sebut sebagai sayang banget sama fobia yang kamu derita. Kamu masih enggan melepaskan fobia dari dirimu. Jangan berharap untuk sembuh, jika kamu masih sayang banget sama fobia yang kamu derita.

Bisa jadi kamu telah sembuh pada terapi pertama, tetapi fobia itu akan kambuh lagi, manakala kamu mengundangnya kembali, dengan cara melakukan kebiasaan yang dulu menyebabkan kamu fobia.

Contohnya, kita sebut saja Andre. Andre menderita fobia sosial, takut untuk tampil di depan kelas ataupun di depan orang banyak. Ketika mendapatkan tugas presentasi, Andre selalu gagap, gugup dan berkeringat dingin. Dengan gugup ketika berpresentasi, lantas membuat setiap orang yang hadir disitu, berbisik-bisik dan bahkan menertawakan Andre. 

Situasi menjadi semakin sulit dan menegangkan. Andre yang biasanya lancar saja berbicara dengan sahabatnya, lantas menjadi gagap. Orang-orang semakin menertawakan Andre. Andre semakin kacau.

Andre kemudian datang ke klinik hipnoterapi, disana dia yakin bahwa dia akan sembuh total dari fobia untuk berpresentasi di depan orang banyak. Terapis melakukan tugasnya dengan maksimal. Senyum Andre mengembang setelah terapi. Andre melangkah mantap meninggalkan klinik hipnoterapi. Sekarang Andre telah percaya diri.

Ketika tugas presentasi kedua, Andre telah siap dengan kepercayaan diri penuh. Anehnya, di detik-detik terakhir menjelang waktu presentasi. Andre merisaukan banyak hal yang sejatinya tidak penting. Andre mengingat kembali momen-momen ditertawakan, diolok-olok, dan diejek teman-temannya. Andre menjadi was-was dan keringat mulai membasahi tubuhnya.

Terapis yang membantu Andre tidak salah sama sekali. Andre sendirilah yang mengundang ketakutan itu datang kembali. Andre mulai memunculkan perasaan-perasaan takut, kenangan buruk dan memutar memori kelam.

Jika kamu di posisi Andre, mungkin kamu akan membelanya. Tetapi saya tekankan disini adalah, kebiasaan berpikir negatif, memutar memori buruk dan mengenang kenangan buruk adalah cara terbaik untuk mengundang fobia untuk muncul kembali.

Jadi, Andre melupakan satu hal yang dijelaskan oleh Terapis, yaitu pemaknaan yang salah. Andre memaknai kenangan yang buruk itu sebagai kenangan yang pasti kembali kepada dirinya.

Untuk menghindari hal ini, mari kita bahas hal yang mendasar.

Segala sesuatu yang terjadi kepada kita adalah kenangan. Kenangan menjadi indah atau kelam, sangat tergantung bagaimana kita memaknai kenangan tersebut.

Satu hal yang harus dipahami Andre adalah, memaknai kenangan tersebut sebagai masa lalu yang tidak perlu diputar kembali. Jika ini adegan sinetron, maka Andre harus berkata dalam hati, "Oke, kenangan buruk di masa lalu telah terjadi dan mustahil berubah. Hal itu sudah berlalu dan sekarang aku menjadi pribadi yang baru. Pribadi yang percaya diri dan mampu melakukan presentasi dengan baik, tidak peduli berapa banyak orang di depanku. Sekarang aku lebih percaya diri. Aku bisa berpresentasi dengan baik."

Seberapa baik hidup kita sangat erat kaitannya dengan pola pikir kita. Pola pikir kita dalam memaknai kejadian, baik itu kejadian manis atau kejadian buruk, amat menentukan seberapa baik hidup kita.

Semakin sering kita memikirkan hal-hal yang membuat kita takut dan fobia. Maka ketakutan dan fobia yang kita punya, semakin membesar, semakin mengakar dalam kepribadian kita. Semakin menguasai hidup kita. Semakin kita takut, semakin kita terpenjara dalam ketakutan.

Apakah benar, kamu ingin selamanya hidup dalam ketakutan? Apa iya, kamu mau seumur hidup menderita fobia? Tidakkah kamu ingin hidup bebas merdeka tanpa fobia?

Jadi, berpikirlah hal-hal yang membuatmu berani. Daripada berpikir hal-hal yang membuatmu takut. Berpikirlah jernih, jangan memutar memori buruk berulang-ulang.

Jika kamu tidak mampu mengendalikan memori buruk yang selalu berputar di pikiranmu. Maka, maknailah memori buruk itu dengan cara yang berbeda. Misalnya, sadari bahwa dulu kamu bodoh dan sekarang kamu pintar. Dulu kamu bego sekarang kamu cerdas.

Dalam kesempatan yang lain, saya akan membahas Ilmu Netral. Sebuah ilmu untuk memaknai setiap kejadian buruk menjadi netral. Bahkan kata-kata yang menyakitkan hati tak mampu melukai hatimu. Bahkan kata-kata keji, tak mampu meruntuhkan harga dirimu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun