Artinya, ada sebuah akun, sebuah sumber, yang menyebutkan susunan enam huruf. Secara kebetulan enam huruf tersebut diketik secara tersambung. Enam huruf tersebut adalah huruf a, huruf n, huruf j, huruf i, huruf n dan huruf g. Deretan-deretan huruf yang jika tidak terpisah kita baca anjing. Kita pecah menjadi deretan huruf yang terpisah a - n - j - i - n dan g. Jadi, makna yang tersampaikan di pikiran dan perasaan kita jauh lebih netral.
Tidak mudah emosional, tidak mudah tersinggung. Hidup jadi lebih ringan. Hidup jadi lebih tenang.Â
(2) Anggaplah Suara sebagai Bunyi
Berapa kali kamu merasa terpukul atas amarah bos kamu? Mengata-ngatai dengan ungkapan, teriakan atau bahkan diiringi jambakan? Tamparan? Ketika kamu tidak layak menerimanya.
Menganggap suara sebagai bunyi, menyederhanakan umpatan besar menjadi super mini. Atau, bahkan tidak ada sama sekali. Contohnya, seseorang mengumpat bahwa kamu adalah pecundang!Â
Jika kamu mengartikan "pecundang" sebagai kebenaran diri kamu. Kamu telah terjerat oleh lingkaran setan amarah bos kamu. Dengan memaknai pecundang dengan suara pe, suara cun dan suara dang. Perkataan "pe-cun-dang" tidak memberikan efek apapun kepada kamu.
Dalam hidup memang kamu sering mendapatkan hal tersebut. Entah orang terdekat, entah sahabat, teman dekat, orang-orang yang kamu hormati. Tetapi, ketika mereka mengatakan hal yang buruk. Kamu begitu terpukul.Â
Suara-suara negatif itu begitu melekat dalam pikiran kamu. Hari yang tenang berubah menjadi suram. Waktu yang sebentar terasa begitu lama.
Cobalah pakai teknik ini, agar hidupmu kembali gembira. Jika masih ada kata-kata yang begitu menyakitkan. Masih terekam jelas dalam ingatan kamu.Â
Sebaiknya kamu koreksi kata tersebut secepat mungkin. Agar mentalmu tetap sehat.
(3) Anggaplah Ekspresi sebagai Gambar