Mohon tunggu...
M. Irham Jauhari
M. Irham Jauhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pendiri Terapifobia.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tiga Cara Mengatasi Mudah Tersinggung

11 Desember 2022   01:28 Diperbarui: 11 Desember 2022   02:21 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Karolina Grabowska (pexels.com) - Ilustrasi perempuan yang sedang tersinggung menerima telepon.

Apakah kamu mudah tersinggung? 

Mudah merasa terhina atas penghinaan. Merasa tak berharga. Kecewa kepada seseorang. 

Sakit hati oleh kata-kata, suara dan ekspresi yang negatif. Meskipun sebenarnya kadang tidak ditujukan kepada kamu. 

Entah kenapa, kamu sudah terlanjur baper, kamu mudah emosi. Marah-marah tidak jelas. 

Saya akan membagikan tiga rumus psikoterapi yang sangat berguna. Tips yang dapat membantu kamu untuk dapat dengan mudah terlepas dari jerat baper. 

Hanya karena baper, banyak kejadian hidup yang indah menjadi kenangan buruk. Masalah kecil menjadi runyam, karena kita terlalu memikirkan apa kata orang. 

Karena terlalu memikirkan kemarahan orang kepada kamu. Karena terlalu memikirkan kata-kata yang dilontarkan orang kepada kamu.

Apakah itu komentar di sosmed. Atau komentar nyinyir dari orang-orang terdekat. Kadang justru kata-kata dari orang terdekatlah yang menjadi sangat menyakitkan buat kita dengar.

Entah itu kata-kata yang kamu lihat, suara yang kamu dengar dan ekspresi yang kamu terima. Apakah meme yang mempermalukan. 

Apakah mimik muka yang menghina. Semua penghinaan itu, Semua hal-hal negatif itu, bisa kamu netralkan.

Meskipun sering kali semua itu bermula dari hal-hal sepele. Nyatanya tetap bisa membuat hatimu terluka. 

Apalagi kadang dalam momen bercandaan menjadi hal yang menyerang ketenangan batin kamu.

Semua penghinaan, bully-an tersebut. Bisa diatasi dengan mudah. Memakai tiga rumus psikoterapi.  Sangat mudah diaplikasikan dalam kehidupan kita sehati-hari. 

Tidak peduli profesi kamu apa. Tidak peduli kehidupan kamu seeperti apa. Karena pada dasarnya semua orang punya perasaan. 

Semua orang punya perasaan dan bisa sakit hati. Bahkan oleh kata-kata sederhana sekalipun.  Bahkan kadang oleh perkataan yang tidak ditujukan untuk menyakiti. Misalnya nasehat, kritik yang tajam. Meskipun benar, tetapi tetap terasa menyakitkan.

Mari kita ulas satu persatu.

(1) Anggaplah Kata sebagai Susunan Huruf

Dengan menganggap setiap kata adalah susunan huruf. Kamu memaknai kata sebagai susunan huruf. Bukan sebagai kata kasar, bukan sebagai kata-kata penghinaan sebagaimana mestinya. Pemaknaan yang berbeda, bisa sedemikian ringan di dada. 

Kata-kata yang menyakitkan sering kali sangat pendek. Terdiri dari beberapa kata yang begitu terngiang di telinga. Bahkan sering kali hadir di kolom komentar di media sosial kamu. Kamu merasa tersinggung. Perasaan kamu sakit sekali. Merasa dihina, merasa dipermalukan oleh komentar kotor.

Prinsip, menganggap kata sebagai susunan huruf, mengajarkan kamu untuk tidak terlalu ambil pusing. Karena setiap huruf bersifat netral. Setiap huruf tidak memiliki arti apa-apa. Setiap huruf tidak punya sifat. Setiap huruf tidak punya tendensi apapun.

Dengan memaknai kata sebagai huruf. Kamu bisa lepas dengan mudah, dari jerat komentar yang begitu melecehkan. Contohnya, kata anjing. Ketika seseorang mengatai kamu dengan anjing. Kamu bisa jadi tersinggung. Sekarang, kita pakai rumus kata sebagai huruf. 

Artinya, ada sebuah akun, sebuah sumber, yang menyebutkan susunan enam huruf. Secara kebetulan enam huruf tersebut diketik secara tersambung. Enam huruf tersebut adalah huruf a, huruf n, huruf j, huruf i, huruf n dan huruf g. Deretan-deretan huruf yang jika tidak terpisah kita baca anjing. Kita pecah menjadi deretan huruf yang terpisah a - n - j - i - n dan g. Jadi, makna yang tersampaikan di pikiran dan perasaan kita jauh lebih netral.

Tidak mudah emosional, tidak mudah tersinggung. Hidup jadi lebih ringan. Hidup jadi lebih tenang. 

(2) Anggaplah Suara sebagai Bunyi

Berapa kali kamu merasa terpukul atas amarah bos kamu? Mengata-ngatai dengan ungkapan, teriakan atau bahkan diiringi jambakan? Tamparan? Ketika kamu tidak layak menerimanya.

Menganggap suara sebagai bunyi, menyederhanakan umpatan besar menjadi super mini. Atau, bahkan tidak ada sama sekali. Contohnya, seseorang mengumpat bahwa kamu adalah pecundang! 

Jika kamu mengartikan "pecundang" sebagai kebenaran diri kamu. Kamu telah terjerat oleh lingkaran setan amarah bos kamu. Dengan memaknai pecundang dengan suara pe, suara cun dan suara dang. Perkataan "pe-cun-dang" tidak memberikan efek apapun kepada kamu.

Dalam hidup memang kamu sering mendapatkan hal tersebut. Entah orang terdekat, entah sahabat, teman dekat, orang-orang yang kamu hormati. Tetapi, ketika mereka mengatakan hal yang buruk. Kamu begitu terpukul. 

Suara-suara negatif itu begitu melekat dalam pikiran kamu. Hari yang tenang berubah menjadi suram. Waktu yang sebentar terasa begitu lama.

Cobalah pakai teknik ini, agar hidupmu kembali gembira. Jika masih ada kata-kata yang begitu menyakitkan. Masih terekam jelas dalam ingatan kamu. 

Sebaiknya kamu koreksi kata tersebut secepat mungkin. Agar mentalmu tetap sehat.

(3) Anggaplah Ekspresi sebagai Gambar

Dengan prinsip ekspresi sebagai gambar. Ekspresi apapun yang kamu lihat. Kamu menganggap sebagai gambar belaka. Ekspresi se-menyeramkan apapun, tidak akan ada artinya. Karena itu hanyalah sebuah gambar. 

Tidak perlu baper. Tidak perlu tersinggung, toh, hanya sebuah gambar. 

Melihat orang marah-marah, sampai urat wajahnya seolah mau lepas. Anggap sebagai gambar orang marah. 

Melihat orang melotot ke arah kita, sebagai wujud "otoritas" terhadap kita. Anggap sebagai gambar orang melotot.

Apakah sebuah gambar bisa menyinggung perasaan?

Apakah ketika kamu melihat sebuah billboard yang menampilkan ekspresi marah, kamu tersinggung? 

Sebuah gambar tidak akan bisa menyakiti perasaanmu. 

Hanya dengan mengubah makna dari setiap yang kamu lihat, kamu bisa mengubah persepsi yang kamu terima. 

Manusia adalah makhluk yang mencari makna, dan memberikan makna pada hal-hal tertentu. Jadi, dengan pemberian makna yang tepat. Di tempat yang tepat. Dengan porsi yang tepat. Niscaya, hidup jadi lebih ringan. Bahagia jadi lebih mudah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun