Mohon tunggu...
Irfan Fadil Siregar
Irfan Fadil Siregar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Sumatera Utara

Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SUMATERA UTARA

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menumbuhkan Empati Panic Buying di Era Pandemi

13 Agustus 2020   17:20 Diperbarui: 13 Agustus 2020   17:23 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di era keterbukaan informasi saat ini, membuat sejumlah  masyarakat  panik, karena belum ada obat penyembuhan dari virus ini. Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menangkal virus ini yaitu dengan mematuhi arahan pemerintah atau PSBB , selain itu juga harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta menghindari kontak langsung dengan orang yang terkena Covid 19. Beberapa masyarakat merespon pemberitahuan dengan melakukan panic buying di sejumlah pusat perbelanjaan.

Panic Buying dan Upaya Pencegahannya 

Saat penularan pertama virus Covid19 ini yang terjadi di Wuhan pada akhir Desember 2019, virus Covid19 hingga saat ini telah merenggut nyawa lebih dari 92ribu jiwa diseluruh dunia dengan total Negara yang telah terpapar sebanyak 73 negara. Situasi ini menjadi penyebab timbulnya panic buying, yang dimana masyarakat saat ini berburu kebutuhan bahan pokok untuk disimpan dirumah supaya untuk menjaga kesediaan bahan pokok kalau kehabisan.

Indonesia pun menghadapi hal yang sama. Nilai harga masker dan hand sanitizer memuncak tinggi dipasaran. Sejumlah minimarket, dan apotek telah kehabisan stok masker. Pemerintah telah memberikan informasi untuk menghentikan ekspor maskernya. Sedangkan untuk mewaspadai penjualan masker domestic, kimia farma telah menjalankan pembatasan pembelian sebanyak dua masker per transaksi.

Kesulitan yang dialami dalam produksi masker adalah stok bahan baku masker dari jerman untuk menjaga ketersediaan bahan baku walaupun harganya mahal. Untuk menjaga ketersediaan stok obat-obatan dan dan bahan pokok,  pemerintah membentuk Satgas Nasional Penanganan Covid19 untuk mengawasi para pedagang atau distributor untuk tidak memanfaatkan situasi ssat ini dengan menimbun barang atau menaikkanharga.

Pemerintahan meminta masyarakat agar tidak panic dalam menyikapi dan merespons virus Covid19. Jika kondisi panic buying ini berlanjut, maka berpotensi dimanfaatkan oleh oknum pedagang untuk menaikkan harga bahan kebutuhan pokok  karena  permintaan masyarakat yang tinggi. Panic Buying bisa membuat stok di supplier menipis dan menimbulkan tekanan pada rantai ketersediaan barang. Artinya, barang-barang yang paling diperlukanuntuk mencegah penyebaran Covid19 justru habis saat orang-orang memerlukannya. Kondisi panic buying yang berkepanjangan juga diwaspadai sebagai penyebab inflasi karena dukungan biaya.

Media social dan televisi pun juga berperan penting dalam panic buying artinya, sikap untuk tetap tidak panic harus diterapkan kepada semua rakyat , tidak hanya masyarakat tetapi juga pemangku kepentingan. Pemerinrah perlu memberikan informasi sejelas-jelasnya tentang perkembangan virus di Indonesia saat ini. Pemerintah harus memberikan edukasi kepada masyarakat agar dapat membangun kesadaran bersama untuk melakukan upaya pencegahan. Sosialisasi pemberitahuan prosedur standar operasional penanganan Covid19 tidak hanya diperkotaan tetapi juga dilakukan di daerah. Komunikasi pemerintah yang transparan akan memberikan ketenangan dan kepercayaan public pada kinerja pemerintah dalam upaya pencegahan Covid19 akan meningkat.

Tidak hanya di Indonesia, warga luar negeri pun melakukan panic buying salah satunya dengan membeli tisu toilet sebanyak mungkin. Akibat dari ketakutan akan virus corona, masyarakat jadi ramai-ramai memborong sembako, masker, cairan pembersih tangan atau hand sanitizer, sabun, bahkan sampai alat pengukur suhu tubuh.

Di sejumlah minimarket dan supermarket besar di ibu kota salah satunya, barang-barang kebutuhan pokok kosong melompong. Ludes diborong seperti beras, telur, minyak goring, gula pasir, mie instan, dan makanan lainnya. Begitu pun dengan alat-alat kesehatan. Hal ini diakrenakan masyarakat takut tidak kebagian stok bahan makanan bila pemerintah sampai menerapkan lockdown (karantina aktivitas public), meski pada akhirnya yang dipilih adalah kebijakan dirumah aja, seperti belajar, beribadah, dan bekerja dari rumah (work from home/ WFH ).

Tindakan alternative terhadap panic buying 

Suatu perencanaan yang baik ketimbang panic buying harus dipersiapkan sepanjang tahun kemungkinan keadaan darurat atau krisis. Yang juga penting diingat adalah bahwa semua orang juga membutuhkan barang-barang tersebut, karena peristiwa ini belum tertangani; penuhi apa yang memang menjadi kebutuhan anda dan keluarga, tetapi hindari keinginan untuk menimbun persediaan yang cukup untuk mengisi bunker hari akhir. Karena ketika panic buying dilakukan secara bersama-sama, hal tersebut dapat menyebabkan harga melangit, atau persediaan menjadi sedikit untuk mereka yang berisiko tinggi membutuhkan hal hal seperti masker wajah, daripada masyarakat pada umumnya. Guna menghentikan panic buying, para pejabat local dan asosiasi industry harus membuat pernyataan yang mengingatkan orang-orang bahwa hamper semua kertas toilet dan tisu diproduksi secara local da nada banyakpersediaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun