Contohnya Marco Giampaolo. Setelah memimpin di 7 laga pada musim 2019/2020, dia dipecat Milan. Sempat menganggur, di awal musim ini dia dikontrak Torino sebelum dipecat lagi Januari kemarin. Pelatih Milan saat ini, Stefano Pioli sudah malang melintang di berbagai klub Serie A. Sebelum di Milan, dia menangani Fiorentina, Inter, Lazio, Bologna, dll.
Selain fenomena rotasi pelatih itu, Serie A juga cukup asing dengan pelatih asing. Musim ini saja hanya ada 3 pelatih asing. Sinisa Mihajlovic, Ivan Juric, dan Paulo Fonseca. Jika ditelusuri, Mihajlovic dan Juric tak bisa disebut benar-benar pelatih asing. Mereka sudah mencicipi sepak bola Italia sejak semasa bermain dulu dan sudah bolak-balik melatih beberapa klub Italia juga. Â
Hanya Fonseca yang bisa disebut benar-benar pelatih asing. Fonseca berkebangsaan Portugal dan sukses saat menangani Porto dan Braga. Namun, yang membuat Roma merekrutnya adalah kesuksesan Fonseca saat jadi pelatih Shakhtar Donetsk.
Lalu, apakah Italia kekurangan pelatih anyar yang mumpuni?
Dibanding Inggris dan Prancis, pelatih Italia masih jauh lebih baik. Meski pelatih yang melatih ke luar Italia kini tak sebanyak Jerman, tetapi allenatore Italia sudah terkenal berprestasi sejak dulu.
Antonio Conte, Maurizio Sarri, dan Carlo Ancelotti pernah membawa Chelsea juara di berbagai ajang. Ancelotti bahkan kini masih melatih untuk Everton. Sebelumnya, dia sudah pernah membawa Real Madrid dan Bayern Munchen juara. Jangan lupakan juga Claudio Ranieri yang pernah juara Liga Inggris bersama Leicester City dan Copa del Rey bersama Valencia. Â
Italia tak pernah kekurangan pelatih hebat. Coverciano masih terus memproduksi pelatih-pelatih berbakat Italia. Ancelotti, Conte, Fabio Capello, Ranieri, Massimiliano Allegri, dan Roberto Mancini adalah beberapa nama lulusan Coverciano. Terbaru, ada coverciano angkatan 2018, yaitu Gabriel Batistuta, Thiago Motta, Alberto Gilardino, Paolo Cannavaro, dan Andrea Pirlo.
Selain Pirlo, musim ini ada pelatih yang seangkatan dengan Pirlo dulu, yaitu Filippo Inzaghi di Benevento, Gennaro Gattuso di Napoli, dan Simone Inzaghi di Lazio. Jika pabrik penghasil pelatih hebat Italia tak berhenti memproduksi pelatih andal, lalu apa masalah utama sepak bola Italia?
Kesempatan. Masih segar dalam ingatan saya bahwa belum lama ini inovasi taktik Pirlo di Juventus dipuji habis-habisan dan dianalisis di mana-mana, tapi kini pujian itu berganti menjadi kritikan dan malah dalam waktu singkat sudah ada yang merundungnya. Posisi yang sama dulu pernah dialami Gattuso dan Inzaghi yang cepat dipecat Milan.
Kesempatan adalah sebuah barang mahal di sepak bola Italia. Tengoklah Jerman yang kini memproduksi pelatih muda berbakat yang hebatnya sudah menangani tim-tim besar baik di Jerman maupun di luar Jerman. Mereka diberi kesempatan dan diberi waktu untuk berkembang dan kini mereka mekar sebagai pelatih yang berprestasi.