Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hidup bersama Orang Bermental Miskin Itu Melelahkan!

4 Januari 2021   19:53 Diperbarui: 5 Januari 2021   18:02 6003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Usman Yousaf on Unsplash

"Wajar bisa, dia kan orang kaya", "Hidup ini gak adil", "Bukan salah saya dong", "Halah, beruntung aja tuh dia"

Nah, kata-kata di atas adalah contoh lain orang dengan mental miskin. Entah apa masalahnya, hidupnya diliputi iri, dengki, dan julid. Selain ciri tadi, orang yang banyak mengeluh dan suka mencurigai orang lain juga termasuk ciri orang bermental miskin.

Lalu, bagaimana cara untuk menghidari hidup bersama orang bermental miskin?

Ada satu solusinya. Jauhi, lalu hadapi. Untuk memahaminya, mari simak petuah dari Imam Al-Auza'i berikut ini.

Imam Al-Auza'i rahimahullah berkata kepada seorang lelaki:

"Aku ingin memiliki sebuah rumah yang jiran tetangganya tidak ghibah (mengumpat), tidak ada perasaan dengki dan tidak ada kebencian."

Maka lelaki itu mengajakku kekuburan dan berkata: "Di sinilah tempatnya."

Jami'ul Ulum Wal Hikam 2/182

Ya, orang dengan mental miskin akan selalu ada dalam hidup kita. Sejauh apapun menghindar, pasti akan berjumpa lagi. Maka jalan satu-satunya, hadapilah!

Kunci dari menghadapi orang dengan mental miskin sejatinya bukan sekadar menghindari hidup bersama mereka. Dalam stoisisme, lingkungan, kawan, dan opini orang sekitar yang bermental miskin termasuk ke dalam hal yang tidak bisa kita kendalikan.  

Daripada pusing dan lelah memikirkannya, kunci keselamatan berada dalam mindset kita. Persepsi, pikiran, dan tindakan kita kala menghadapi mereka jadi senjata utama yang bisa diasah. Intinya, jangan sampai terpengaruh dan dikendalikan dengan emosi negatif yang dimiliki orang yang punya mental miskin.

Kita bisa menjalin relasi dengan siapa saja, tapi tidak dengan teman. Kita juga bisa memilih untuk tinggal dengan siapa kan? Maka daripada sibuk beradu mulut dengan orang bermental miskin, mending fokus kepada hal yang kita kendalikan saja. Karena sungguh, hidup bersama orang bermental miskin itu melelahkan!

Hidup bersama orang yang punya mental miskin itu ibarat seorang yang anti rokok, tapi memilih hidup bersama seorang perokok aktif. Semua sudah paham, kalau perokok pasif lebih berisiko mati cepat ketimbang perokok aktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun