Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Muhasabah Diri Anda, Bartomeu! Ada Isu Finansial di Balik Bobroknya Barcelona

28 Agustus 2020   09:55 Diperbarui: 28 Agustus 2020   17:47 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan Barcelona namanya kalau tidak ribut. Ya begitulah mereka musim ini, lebih berisik di luar lapangan daripada berisik prestasi di lapangan.

Pergerakan radikal terjadi di dalam internal Barcelona usai kalah memalukan dari Bayern Munich di perempat final Liga Champions 2020. Messi cs diajari sepak bola oleh Bayern dengan dipukul kekalahan 8-2. Sebuah hasil yang membuat siapapun di internal dan eksternal Barcelona malu dan naik pitam.

BACA DULU: Prof. Holger Broich, Sosok Penting di Balik Skuat Monster Bayern Munich

Imbasnya, perubahan dilakukan internal Barca. Dimulai dari pemecatan Quique Setien, pelatih yang sejatinya baru menjabat sejak 13 Januari 2020. Lalu, diikuti direktur sepak bola sekaligus legenda klub, Eric Abidal juga ikut dipecat.

Pemecatan 2 nama itu sebetulnya masih diluar prediksi. Sang presiden otoriter awalnya dikabarkan juga akan memecat direktur eksekutif, Oscar Grau. Oke, pemecatan Setien dan Abidal bisa dipahami sebab Barca mengulang catatan kelam nirgelar seperti musim 2007/2008.

Namun, drama sesungguhnya baru terjadi setelah itu. Ronald Koeman ditunjuk menjadi pelatih baru hingga 2022. Ada asa yang disematkan di pundak mantan bintang Barca itu, tetapi penunjukan dirinya sebagai pelatih anyar justru menimbulkan prahara baru.

"Keistimewaan Anda (Messi) dalam skuad ini telah berakhir. Anda harus melakukan segalanya untuk tim. Saya akan menjadi tidak fleksibel. Anda hanya harus memikirkan tim.", kata Koeman kepada Messi, seperti dibocorkan Deportes Cuatro, dikutip Marca via kompas.com

Sudah jatuh tertimpa tangga lalu tertimpa cat pula. Pernyataan itulah yang disinyalir membuat Messi berang dan berniat meninggalkan Camp Nou di bursa transfer 2020 musim panas ini. Pertemuan antara Koeman dan Messi pada Jumat (21/8) lalu yang bertujuan mencegah Messi hengkang justru membuat tekad La Pulga untuk pergi makin besar.

Salahkah Koeman?

Tidak! Justru yang dilakukan Koeman di era Barcelona yang sekarang sangatlah bijak. Permasalahan utamanya bukan Koeman yang ingin menghilangkan Messi-sentris atau ngambeknya Messi, tetapi masalah sesungguhnya ada di dalam internal Barca, terutama manajemen Azulgrana pimpinan Josep Maria Bartomeu.

Salah urus, Barca merugi! 

Sebetulnya, friksi di dalam rumah Blaugrana sudah terjadi sejak lama dan hanya tinggal menunggu waktu saja. Ya, bisa dibilang seperti bom waktu. Sekarang inilah waktu dimana bom itu meledak.

Sebuah kabar bagai langit dan bumi menimpa Barca di tahun 2020 ini. Di awal tahun, Deloitte Football Money League mengeluarkan rilis auditnya yang menyatakan Barcelona mencatat pemasukan (revenue) tertinggi diantara klub bola lain di seluruh jagad. Tak tanggung-tanggung, Blaugrana mencatat pemasukan sebesar 840,8 juta euro di tahun 2019.

Barca menggeser Real Madrid di daftar teratas klub dengan penghasilan tertinggi sedunia. Namun, semua berubah sejak pandemi Covid-19 menyerang. Semua kena imbasnya, tak terkecuali klub besar seperti Barcelona yang dikabarkan jadi klub besar Eropa yang paling merugi.

Dilansir dari Marca, kerugian Barca akibat pandemi Covid-19 diperkirakan mencapai angka 300 juta euro. Sebagai orang awam, kita bisa melihat efek nyatanya pada penjualan masker yang dilakukan Barcelona sebagai marchandise untuk meraih untung dikala pandemi.

Ironis bukan? Tidak, masih ada yang lebih parah. Sebetulnya, tanda-tanda keruntuhan Barca sudah terlihat di laporan keuangan Barcelona tahun 2019. Dalam laporan tersebut, kita bisa melihat boroknya kondisi finansial Barca bahkan sejak sebelum adanya virus corona.

Sebuah akun yang rajin memberi analisis keuangan klub sepak bola Eropa di twitter, @SwissRamble mengungkap hal itu. Ia menganalisis laporan keuangan Barcelona hingga menghasilkan simpulan seperti yang Ia cuitkan di akun twitternya berikut ini.

"Pendapatan #FCBarcelona 2019 melonjak 23% menjadi 852 juta euro, tertinggi di dunia, karena menerima merchandising in-house dan kesepakatan baru Liga Champions. Klub pertama dengan tagihan gaji lebih dari 500 juta euro. Keuntungan 8 tahun berturut-turut, tetapi semakin bergantung pada penjualan pemain. Hutang & pengeluaran transfer melonjak."

Untuk lebih jelasnya, sila simak ringkasan laporan keuangan Barcelona yang sudah dirangkum @SwissRamble di akun twitter-nya berikut ini.

sumber: Twitter @SwissRamble
sumber: Twitter @SwissRamble
sumber: Twitter @SwissRamble
sumber: Twitter @SwissRamble
Bingung? Ya sama, saya juga, hehe. Tapi, karena penasaran sayapun mencoba menanyakan kepada kawan saya, seorang akuntan di sebuah BUMN untuk membantu membaca analisis tersebut.

Intinya begini, Barca memang meraih pemasukan sangat besar dari sektor komersil (45%), hak siar (35%), dan match day (19%). Akan tetapi, Barca juga punya hutang besar yaitu 114 juta euro dan 83 juta euro hutang bersih untuk transfer pemain. Selain itu, yang paling mengkhawatirkan sejatinya adalah beban gaji Barca.

Jika merujuk dari laporan keuangan 2019, total beban biaya gaji (expenses) Barcelona mencapai 795 juta euro. Khusus untuk tagihan gaji di personel sepak bolanya saja naik dari angka 317 juta euro di tahun 2015 menjadi 501 juta euro di tahun 2019, sebuah rekor tertinggi untuk sebuah klub sepak bola.

Nominal yang fantastis dan seharusnya jadi alarm bagi Barca. Beban gaji tertinggi tentu jatuh kepada Messi yang dikabarkan Forbes bisa mencapai 60 juta euro per musim. Ingat ya, angka-angka tadi berdasarkan laporan keuangan tahun 2019 yang tutup buku di bulan Juni.

Nah, ketika memasuki masa bursa transfer 2020 ini, tentu akan ada peningktan beban gaji disebabkan perpanjangan kontrak pemain. Jadi, di tahun 2020, harusnya beban gaji di tubuh Barca lebih besar. Jika boleh diumpamakan, kondisi keuangan Barcelona seperti meme rumah di bawah ini.

Meme kondisi finansial Barca. | foto: diolah dari tribunnews.com, didesain ulang oleh kompasiana.com/irfanpras
Meme kondisi finansial Barca. | foto: diolah dari tribunnews.com, didesain ulang oleh kompasiana.com/irfanpras
Secara looks, Barcelona klub megah yang kaya raya, tetapi jika dilihat ke samping hingga belakang, kondisinya memprihatinkan. Tampak indah di depan, tapi borok di belakang. Inilah kenapa saya berani mengatakan kalau Barca di bawah kendali Josep Maria Bartomeu salah urus.

Lalu, bagaimana cara mengatasi masalah ini? Apakah penjualan pemain jadi solusinya?

Perkara salah urus berikutnya adalah Barcelona yang kurang cerdas dalam menjual pemainnya. Lihat saja di ringkasan laporan keuangan yang sudah dibuat @SwissRamble. Total penjualan pemain Barca masih kalah dengan total pembelian pemain baru.

Tahukah Anda, berdasarkan data Squawka, pemain Barca sekarang yang punya klausul rilis di bawah 100m hanyalah Carles Alena. Dari 26 nama hanya Alena yang punya klausul rilis 75 juta euro, sisanya menyentuh angka 100 juta euro lebih.

5 pemain Barcelona dengan klausul rilis terbesar. | foto: Dokumen pribadi
5 pemain Barcelona dengan klausul rilis terbesar. | foto: Dokumen pribadi
Logika saja, dengan kondisi pandemi seperti sekarang mana ada tim yang mampu menembus klausul rilis sebesar itu? Semisal tidak ada covid-19, pasti klub peminat lebih memilih menunggu hingga kontrak si pemain habis atau Barca memilih jual rugi.

Selain klausul rilis yang mahal untuk ditebus, masalah lain adalah besaran gaji pemain Barca. Kasus terbaru adalah Ivan Rakitic yang disebut tak masuk skema Koeman. Untuk harga jual Barca siap merugi, masalahnya peminat Rakitic mundur setelah tahu gajinya di Barca lebih dari 12 juta euro per musim. Singkatnya, inilah yang membuat Barca sulit menjualnya.

Sebelumnya, Koeman dikabarkan sedang melakukan cuci gudang di skuat Barcelona. Beberapa nama seperti Suarez, Rakitic, Umtiti, dan Vidal menjadi tumbal revolusi Koeman. Jika nama-nama tersebut ditambah Arthur (yang sudah hijrah ke Juve) dan Messi hengkang dari Camp Nou, Marca memperkirakan Barca akan menghemat beban gaji hingga 220 juta euro.

Jika penjualan pemain ini lancar, bukankah kondisi finansial Barcelona akan lebih baik? Ya, tapi kembali lagi, Barca punya masalah dalam jual-beli pemain. Masalah ini diperparah dengan kondisi akademi mereka, La Masia yang juga tak menghasilkan cuan.

Tak ada produk gagal di La Masia, tapi yang ada La Masia gagal memproduksi

Bicara soal pemasukan dan kerugian sudah. Beban gaji dan sulitnya menjual pemain juga sudah. Kini produk salah urus berikutnya dari sang presiden, Bartomeu adalah La Masia.

Sudah tak ada nama pemain muda hasil didikan La Masia yang menjadi bintang di tim utama Barca. Ansu Fati? Ya, hanya itu, sisanya masih diragukan.

Yang menjadi ironi, pamor La Masia sudah kalah dengan akademi lain. Beberapa kali kita juga mendengar produk asli La Masia pergi sebelum mencicipi debut di tim utama. Contoh terbarunya adalah Takefusa Kubo, mantan produk La Masia yang kini dikontrak Real Madrid.

Kubo belum sempat naik kelas, kembali ke Tokyo lalu direkrut El Real. Kini Ia diperebutkan beberapa klub eropa untuk dipinjam. Barca dapat apa? Barca hanya bisa bengong sebab selepas itu mereka juga kehilangan Xavi Simons (The Next Xavi) yang pergi ke PSG secara gratis.

Sebetulnya, ada masalah apasih di La Masia hingga membuat akademi La Masia tak setenar dulu, bahkan mengalami penurunan? Ada banyak versi, salah satu yang cukup rinci penjelasannya adalah analisis dari givemesport.com. Untuk mempersingkatnya, sila simak rangkumannya dalam infografis berikut.

Penyebab penurunan akademi La Masia Barcelona. | foto: Dokumen Pribadi
Penyebab penurunan akademi La Masia Barcelona. | foto: Dokumen Pribadi
Tak heran bukan jika banyak pemain akademi Barca yang hengkang ke akademi lain, seperti Eric Garcia ke City, Mateu Morey ke Dortmund, Dani Olmo ke Zagreb, hingga Andre Onana ke Ajax. Nama-nama tersebut kini jadi wonderkid dengan prospek cerah yang jadi rebutan banyak tim, dan tentunya punya harga jual tinggi.

Keempatnya hanya contoh pemain La Masia yang hengkang ke akademi lain sebelum mencicipi naik kelas ke tim utama Blaugrana. Habis gimana, sejak era Luis Enrique, Bartomeu punya kebiasaan instan membeli pemain bintang mahal untuk skuatnya. Akhirnya, kesempatan pemain akademi untuk unjuk gigi menipis.

Padahal, dengan kondisi pandemi seperti sekarang ini, pemain akademi bisa menyelamatkan keuangan klub. Menjual pemain mahal dan mengganti dengan pemain muda adalah solusi, tapi sepertinya Barca sulit melakukan itu. Sekarang makin jarang pemain La Masia menembus tim utama, yang artinya mereka juga minim pengalaman, berbahaya untuk kompetisi tensi tinggi.

Ujungnya, Koeman butuh waktu untuk membenahi borok Barcelona. Sayangnya, kerja Koeman sudah diuji dengan keinginan Messi untuk hengkang. Dilansir The Guardian, Messi tengah menjalin komunikasi dengan City untuk merekrutnya di bursa transfer 2020 ini. Kabar lain dari Marca menyebut, Messi akan tetap di Camp Nou dengan syarat Bartomeu mundur.

Lalu, pilihan mana yang paling tepat?

Solusi: Muhazabah diri Anda, Bartomeu!

Jika menelaah dari pembahasan ini, sudah seharusnya Josep Maria Bartomeu muhasabah diri. Sudah jelas ada salah urus dalam internal Barca, mulai dari akademi hingga kebijakan transfer dan besarnya beban gaji. Jika Barca mempertahankan gaya perekrutan seperti ini (pemain mahal dengan gaji mahal), mereka bisa bernasib seperti AC Milan.

Milan era 2002 hingga 2010 adalah era emas terakhir Berlusconi bersama Milan. Kala itu banyak pemain bintang seperti Gattuso, Pirlo, Nesta, Seedorf, hingga Zambrotta. Tetapi, Milan terus mempertahankan mereka yang bergaji tinggi itu hingga tua dan tak punya harga jual lagi.

Bisa dilihat bukan bagaiman nasib Milan sekarang, seperti itulah jika Bartomeu ngotot dengan otoriternya. Maka wajar bila Messi tak suka presidennya sendiri, tetapi Messi juga salah bila ingin hengkang karena hak istimewanya akan dicabut Koeman.

Sekadar info, Messi disebut punya beberapa hak istimewa seperti klausul kontrak khusus yang membuatnya bisa hengkang secara free di akhir musim, serta ikut memberi referensi perihal transfer pemain. Jika benar, maka cara Koeman mengembalikan filosofi Barca (DNA Barca) yang hilang tak salah.

Akan tetapi, kembali lagi, fakta yang sudah saya jabarkan di atas menjadi bukti salah urusnya Barcelona dibawah kendali Josep Maria Bartomeu. Tahun depan pemilihan presiden Barca, Bartomeu harusnya tak mencalonkan diri lagi, bahkan akan lebih baik lagi jika Ia angkat kaki segera.

Jika perkara bobroknya finansial dan hilangnya DNA Barca tak segera diatasi, keruntuhan Azulgrana hanyalah tinggal menunggu waktu, budaya Barca yang kena comeback tiap tahun akan terus terpelihara. Jika jadi nyata, Barca harus kembali membangun ulang timnya seperti dua dekade silam, butuh waktu.

Jadi, bagaimana Bartomeu, apa Anda siap mundur?

Sekian.

@irfanpras

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun