Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Belajar dari Josip Ilicic, Semua Orang Bisa Menderita Depresi

7 Agustus 2020   06:25 Diperbarui: 7 Agustus 2020   14:05 1711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Josip Ilicic merayakan gol yang ia cetak pada laga Valencia vs Atalanta yang digelar di Estadio de Mestalla, Rabu (11/3/2020) dini hari WIB | foto: AFP/POOL UEFA via kompas.com

"Siapa pun bisa depresi. Tak peduli apa gendernya, laki-laki atau perempuan, introvert atau ekstrovert, maupun orang biasa ataupun terkenal. Semuanya bisa menderita karena depresi."

Depresi dikenal dengan istilah klinisnya, major depression disorder atau gangguan depresi mayor. Depresi ditandai dengan berbagai gejala, seperti perasaan sedih, kehilangan minat, perasaan bersalah, perubahan pola makan dan tidur, pikiran bunuh diri, serta gejala-gejala lainnya.

Dalam istilah klinisnya, depresi dijelaskan sebagai gangguan (disorder) dibandingkan sebagai penyakit (disease/illness). Ini dikarenakan berbagai gejala depresi seperti yang sudah diterangkan di paragraf satu tersebut dianggap tidak nyata atau tidak bisa dinikmati tubuh.

Namun, dalam praktik bahasa sehari-hari, depresi sering disebut dengan istilah "mental illness" walau sejatinya istilah klinisnya menggunakan kata disorder.

Para pakar dan akademisi berpendapat bahwa dampak depresi sangat panjang, tidak hanya mental, tapi juga fisik hingga sosial. Depresi muncul dari interaksi kompleks antara faktor bawaan dan lingkungan.

Namun, masih banyak stigma negatif masyarakat soal depresi. Apabila seseorang mengalami sakit fisik, kita akan menyuruhnya istirahat dan melakukan pemulihan.

Namun, reaksi sebaliknya untuk seseorang yang mengalami sakit mental seperti depresi. Masih banyak dari kita yang melabelinya "lemah" dan menuduhnya cari sensasi saja.

Padahal, setiap orang punya kerentatan di dalam tubuh mereka. Contohnya, ada orang yang alergi terhadap makan tertentu, ada yang rentan terkena flu bila terpapar debu, dll. Pun sama dengan stres, setiap orang punya kerentatan terhadapnya yang bisa memicunya mengalami depresi.

Ya, singkatnya setiap insan di dunia ini punya kerentatan untuk mengalami depresi. Yang membedakan adalah setiap orang dilahirkan dengan kerentanan dan ketangguhan mental yang berbeda-beda. Sama sebetulnya dengan berbagai kasus alergi, setiap orang punya kerentatanan dan ketangguhan yang berbeda pula.

Sehingga, setiap orang punya peluang untuk mengalami depresi suatu saat nanti. Nah, pemicunya sendiri bisa dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Stres, trauma, bullying adalah sebagian contoh pemicu depresi.  

Pesepak bola juga bisa depresi

Setiap orang bisa mengalami depresi, begitu juga dengan pesepakbola yang kita kenal keren dan tangguh di lapangan. Walau hampir setiap hari bersinggungan dengan hobi yang paling disukainya, pesepak bola juga manusia biasa.

Kabar terbaru, seorang pemain asal Slovenia dari klub Serie A Atalanta dirumorkan sedang mengalami depresi. Dapat berperan sebagai winger, playmaker, striker, atau inside forward, Josip Ilicic diijinkan pulang ke Slovenia oleh Atalanta untuk memulihkan diri.

Kabar dari pria 32 tahun itu menjadi jawaban atas situasi terkininya di Atalanta. Sejak giornata 33 lalu, nama Ilicic sudah tidak tercantum dalam skuat Atalanta. Dalam berbagai situs, disebutkan bahwa Ia diragukan tampil karena mengalami masalah pada engkelnya.

Akan tetapi, awal Agustus ini media-media Italia mengabarkan kabar kurang enak yang menyebut bahwa Ilicic dirumorkan tengah mengalami depresi. Mentalnya anjlok, setelah Ia melihat istrinya, Tina Polovina selingkuh dengan lelaki lain ketika Ilicic berniat memberinya kejutan.

Memang, belum ada kabar yang bisa dipertanggungjawabkan, tetapi apabila kita melihat gejala pada Ilicic dan reaksi pelatih dan kapten Atalanta, maka mungkin saja kabar depresinya Ilicic ini benar adanya. Ada 3 gejala depresi yang dialami Ilicic seperti yang banyak diberitakan media.

Pertama, Ilicic mengalami kesedihan yang begitu mendalam. Football Italia hingga GOAL juga mengabarkan demikian.

Ilicic bisa dibilang tengah mengalami depressed mood, yaitu suasana hati depresif dengan ciri mengalami kesedihan dan dinilai "ada yang salah" menurut pandangan orang lain.

Kondisi itu jelas membut Ilicic merasa tidak bisa berbahagia. Inilah ciri gejala kedua. Kondisi mood Ilicic inilah yang membuat Atalanta mengijinkan Ia pulang ke Slovenia. Di akun instagramnya (@ilicic72), Ilicic juga mematikan kolom komentar di postingan terbarunya.

Gejala depresi ketiga yang tengah dialami Ilicic adalah hilangnya minat dan motivasi atas aktivitas sehari-hari dan hobi.

Masih mengutip dari Football Italia, akibat perselingkuhan istrinya itu, Ilicic dirumorkan tengah mempertimbangkan untuk pensiun dini.

Menurut La Repubblica dan Sky Italia, Ilicic mengalami depresi yang cukup berat dan ingin melupakan sepakbola sejenak. La Repubblica juga mengabarkan bahwa Ilicic sejatinya sudah mengalami masa sulit sejak lockdown di Bergamo.

Pada laga pertama "restart" Serie A, 21 Juni lalu, Ilicic absen akibat cedera engkel di laga terakhir sebelum Serie A dihentikan sementara.

Setelah itu, permainannya menurun di 5 laga berikutnya. Ilicic memang hanya tampil di 5 laga Atalanta sejak "restart" Serie A.

Di 5 laga itu, Ilicic tak pernah tampil 90 menit dan tidak mencatat satupun gol ataupun assist. Terakhir kali Ilicic tampil untuk Atalanta terjadi pada laga kontra Juventus, 11 Juli lalu, tetapi Ilicic ditarik keluar di awal babak kedua.

Insiden itulah yang membuat media berspekulasi bahwa Ilicic memang benar mengalami cedera atau setidaknya sedang tidak bugar.

Hal ini dikuatkan oleh press realese yang dibuat Atalanta pada 14 Juli lalu yang menyebut bahwa Ilicic tengah memulihkan kondisinya demi berlaga di lanjutan Liga Champions.

Akan tetapi, faktanya Ilicic tak pernah tampil lagi bagi Atalanta, bahkan tidak masuk skuat. 31 Juli lalu, akhirnya semua mulai jelas ketika Atalanta membuat pernyataan untuk mengizinkan pemainnya tersebut untuk pulang ke negaranya dengan alasan personal.

Nah, dari situlah berbagai rumor soal depresinya Ilicic merebak. Sejak saat itu pula, baik pemain hingga pelatih Atalanta juga sudah terang-terangan memberi dukungan kepada Ilicic yang tengah mengalami masa tersulit dalam hidupnya.

Bahkan Gasperini sudah pesimis untuk melihat anak asuhnya itu bisa kembali berlaga melawan PSG pada 12 Agustus nanti.

"Josip dikelilingi oleh banyak kasih sayang, itu bisa terjadi pada siapa pun. Kita semua membantunya, kami berharap dia akan keluar dari momen ini. Secara obyektif sulit baginya untuk kembali ke Liga Champions ini. Saya berharap dia akan bersama kami musim depan", kata Gasperini kepada Radio Anch'io Sport dikutip dari Football Italia.

"Kami sangat merindukan Ilicic sebagai pribadi bahkan lebih dari seorang pemain. Dia salah satu yang paling berpengalaman di ruang ganti dan teman baik. Kami berharap memberinya sedikit kegembiraan dengan mengambil tempat kedua", kata kapten Atalanta, Papu Gomez kepada DAZN dikutip dari Football Italia sebelum laga Atalanta vs Inter, Minggu lalu.

Sebuah kehilangan besar bagi Atalanta dan sebuah pelajaran bagi kita semua

Absennya Ilicic memang sangat merugikan. Bagaimana tidak, Ilicic adalah salah satu pilar paling diandalkan dalam skuat La Dea.Ilicic yang kini sudah berusia 32 tahun itu memang tampil sangat baik musim ini. Sebutan tua-tua keladi agaknya tidak berlebihan.

Ilicic tampil 26 kali dengan mengemas 15 gol dan 4 assists. Tak hanya tampil impresif di Serie A, Ia juga tampil menawan di Liga Champions dengan torehan 5 gol dalam 7 laga.

Penampilan yang paling diingat tentu 4 golnya ke gawang Valencia di leg kedua babak 16 besar Liga Champions, Maret lalu.

Josip Ilicic mendapat predikat Man of The Match atas penampilannya di leg kedua babak 16 besar Liga Champions, Maret lalu. | foto: Getty Images/UEFA Pool via Detik Sport
Josip Ilicic mendapat predikat Man of The Match atas penampilannya di leg kedua babak 16 besar Liga Champions, Maret lalu. | foto: Getty Images/UEFA Pool via Detik Sport
Akan tetapi, ada pelajaran penting yang bisa kita petik dari kejadian yang tengah menimpa Ilicic ini. Yang jelas, seperti yang sudah dsinggung diawal, depresi bisa dialami setiap orang dan pesepakbola profesional pun juga manusia biasa yang bisa mengalami depresi.

Selain itu, kita bisa belajar dari para penggawa Atalanta, baik pemain, pelatih, hingga pihak klub. Memang, baik Atalanta dan Ilicic belum mengeluarkan rilis resmi terkait kondisi sebenarnya, namun apabila benar Ilicic depresi, sikap Atalanta ini sudah benar.

Ketika awal kasusnya terjadi, mereka melindungi hak pribadi Ilicic dengan baik. Tidak ada suara sumbang dan semua elemen Atalanta kompak tak ada yang membocorkan informasi.

Lalu, ketika media mulai berspekulasi bahwa Ilicic depresi, baik pemain dan pelatih Atalanta kompak memberinya dukungan moral.

Sikap klub yang memberi izin Ilicic untuk pulang ke keluarganya di Slovenia juga tepat. Atalanta membiarkan pemainnya itu memulihkan kondisi dengan dikelilingi orang-orang terkasih yang paling mengerti dirinya sebelum dan sesudah Ilicic menjadi pesepakbola tenar seperti sekarang ini.

Kita juga bisa belajar dari kasus ini, bahwa tak ada satupun pihak baik pemain, pelatih, hingga klub Serie A yang menyematkan stigma negatif kepada Ilicic. Tak ada yang berkata "Ilicic lemah".

Rentetan reaksi positif inilah yang patut kita contoh, bahwa depresi itu nyata dan deritanya juga nyata, sehingga sudah selayaknya orang yang mengalami depresi kita dukung bukan kita kucilkan atau bahkan menganggap depresi itu cuma alasan belaka.

Apabila benar penyebab depresinya Ilicic adalah perselingkuhan istrinya, maka itu tidak bisa dibenarkan dan tak boleh dicontoh. Namun, depresi akibat kasus serupa yang bisa saja menimbulkan trauma bisa terjadi kepada siapa saja.

Depresinya Ilicic ini menambah daftar pesepakbola yang mengalami depresi atau setidaknya hilang gairah sebagai pemain. Sebelumnya sudah ada Andre Schurrle yang berkata bahwa Ia mengalami kesepian sebelum menyatakan pensiun.

Hal ini juga membuktikan bahwa pesepakbola juga punya kerentatan terhadap stres yang memicu depresi. Memang, mayoritas kasus depresi pada pemain disebabkan faktor internal di dalam lapangan, yaitu tekanan atau cedera parah.

Namun, ada juga depresi yang disebabkan faktor eksternal seperti kecanduan akibat lingkungan sekitar yang negatif hingga keluarga.

Akan tetapi, sejatinya hanya dokter atau psikolog klinis yang layak mendiagnosis Ilicic depresi atau tidak, sehingga lebih baik kita beri dukungan dan doa kepada Ilicic saja.

Semoga Josip Ilicic tak jadi pensiun dini dan kita bisa segera menyaksikan kembali aksi terbaiknya di atas rumput hijau.

Sekian.

@IrfanPras

***

Referensi:

Machdy, Regis. 2019. Loving the Wounded Soul. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

*Catatan: Penulis bukan seorang dokter, psikolog klinis, atau mahasiswa jurusan psikologi. Tulisan ini murni pemahaman penulis dari hasil riset dari sumber referensi penulis, sehingga bila ada kritik, saran, masukan, atau sanggahan sila tuliskan di kolom komentar. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun