Sebuah kehilangan besar bagi Atalanta dan sebuah pelajaran bagi kita semua
Absennya Ilicic memang sangat merugikan. Bagaimana tidak, Ilicic adalah salah satu pilar paling diandalkan dalam skuat La Dea.Ilicic yang kini sudah berusia 32 tahun itu memang tampil sangat baik musim ini. Sebutan tua-tua keladi agaknya tidak berlebihan.
Ilicic tampil 26 kali dengan mengemas 15 gol dan 4 assists. Tak hanya tampil impresif di Serie A, Ia juga tampil menawan di Liga Champions dengan torehan 5 gol dalam 7 laga.
Penampilan yang paling diingat tentu 4 golnya ke gawang Valencia di leg kedua babak 16 besar Liga Champions, Maret lalu.
Selain itu, kita bisa belajar dari para penggawa Atalanta, baik pemain, pelatih, hingga pihak klub. Memang, baik Atalanta dan Ilicic belum mengeluarkan rilis resmi terkait kondisi sebenarnya, namun apabila benar Ilicic depresi, sikap Atalanta ini sudah benar.
Ketika awal kasusnya terjadi, mereka melindungi hak pribadi Ilicic dengan baik. Tidak ada suara sumbang dan semua elemen Atalanta kompak tak ada yang membocorkan informasi.
Lalu, ketika media mulai berspekulasi bahwa Ilicic depresi, baik pemain dan pelatih Atalanta kompak memberinya dukungan moral.
Sikap klub yang memberi izin Ilicic untuk pulang ke keluarganya di Slovenia juga tepat. Atalanta membiarkan pemainnya itu memulihkan kondisi dengan dikelilingi orang-orang terkasih yang paling mengerti dirinya sebelum dan sesudah Ilicic menjadi pesepakbola tenar seperti sekarang ini.
Kita juga bisa belajar dari kasus ini, bahwa tak ada satupun pihak baik pemain, pelatih, hingga klub Serie A yang menyematkan stigma negatif kepada Ilicic. Tak ada yang berkata "Ilicic lemah".
Rentetan reaksi positif inilah yang patut kita contoh, bahwa depresi itu nyata dan deritanya juga nyata, sehingga sudah selayaknya orang yang mengalami depresi kita dukung bukan kita kucilkan atau bahkan menganggap depresi itu cuma alasan belaka.