Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengenal Tsundoku dan Bibliomania, Hobi Koleksi Buku tapi Tidak Pernah Dibaca

21 Juni 2020   07:44 Diperbarui: 22 Juni 2020   01:02 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini masalahnya adalah bagaimana mengatasi masalah tersebut? Kalau masih termasuk dalam kategori tsundoku masih bisa terselamatkan. Contoh saja tokoh tsundoku tadi dengan menyumbangkan buku-bukunya atau jika ingin dibisnisin juga sah-sah saja.

Namun apabila pembaca merasa seorang bibliomania, hati-hati. Seperti contoh di atas, takutnya kebiasaan mengoleksi buku tadi menjadi sebuah obsesi berlebihan yang malah menjurus ke kriminal. Pahami juga, pembaca menjadi seorang pengoleksi buku sebabnya apa?

Jika mengoleksi karena stres, tertekan, dan gangguan kecemasan lain yang pelariaannya dengan membeli buku maka saran saya periksakanlah kondisi tersebut dengan seorang profesional contohnya psikolog klinis. Dalam kasus bibliomania yang saya temukan di internet, mereka memiliki masalah dengan sosialnya hingga melarikan diri dari permasalahan.

Jika pembaca memiliki hobi membaca dan mengoleksi buku, saran saya jadilah seorang bibliophile saja. Yaitu seorang pengoleksi buku sejati atau seorang pecinta buku sejati yang merawat bukunya bak sahabat sekaligus tak lupa membacanya hingga tamat.

Seorang bibliophile punya obsesi terhadap buku namun masih dalam kategori wajar. Atau jika pembaca tak punya keinginan untuk menjadi kolektor buku, jadilah seorang bookworm. Sekilas mirip dengan bibliophile, namun bookworn lebih menitikberartkan pada kecintaan membaca buku dan memahami isi/makna yang terkandung di dalam buku yang ia baca.

Jika pembaca punya keinginan kuat untuk mengoleksi buku, saya punya sedikit tips. Tips ini juga sudah mulai saya terapkan sejak setahun yang lalu untuk mengatasi kebiasaan saya membeli buku dan mengoleksinya.

Pertama, belilah buku yang memang benar-benar ingin dikoleksi. Selama ini saya selalu melihat isi dompet dulu sebelum membeli buku, jangan sampai uang bulanan habis hanya untuk membeli buku hingga memenuhi ruangan kamar.

Saya pun sedikit mengubah buku incaran yang ingin saya beli. Untuk buku-buku fiksi seperti novel, cerpen, dan sejenisnya, saya menyiasatinya dengan mulai membaca buku tersebut via versi digital legalnya atau meminjamnya di perpustakaan. Cara ini juga membantu saya agar betah membaca buku fiksi dan selesai dalam waktu singkat mengingat jika kita menyewa atau meminjam buku ada batas waktunya.

Untuk buku-buku non-fiksi seperti sains, agama, dan self-improvement saya memilih untuk membeli dan mengoleksinya. Kembali, saya tidak bisa memahami isi buku tanpa memiliki langsung buku tersebut. Dengan cara ini, rak buku saya lebih tertata dan terkondisikan.

Kedua, buatlah kebiasaan baru dalam membaca buku. Akhir-akhir ini saya mulai membiasakan diri membaca buku dengan ritme dan manajemen waktu yang baru. Jika biasanya membaca di waktu luang atau ketika butuh saja, saya mulai membacanya sesuai jadwal.

Sebagai contoh, setiap hari saya harus membaca buku dalam jangka waktu tertentu di waktu yang telah ditentukan. Misalnya, setiap jam 6 pagi selama 15 menit kedepan saya akan membiasakan untuk membaca buku berapapun halamannya. Bisa juga dengan menentukan banyaknya halaman yang perlu dibaca sebagai batasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun