"Sepertinya aku udah baca berita ini deh."
Pemikiran semacam itu kadang hinggap di kepala saya ketika membaca beberapa artikel bola di kompasiana. Tak hanya di kompasiana tapi di beberapa media bola nasional juga gitu si.
Sebelumnya, saya meminta maaf dulu. Artikel ini bukan untuk menggurui, karena saya pun masih junior di kompasiana. Jadi semoga tak ada pihak yang tersinggung ya.
Sejak kompetisi sepak bola di hentikan akibat pandemi covid-19, menulis artikel bola itu gak gampang. Tidak ada pertandingan tidak ada liputan, tidak ada bahan. Begitu kira-kira.
Situasinya mirip ketika jeda musim dan bursa transfer. Bedanya, kondisi sekarang tidak pasti. Jadi, seorang penulis harus riset situasi terkini, banyak membaca dulu, dan nostalgia kisah lawas yang bisa ditulis ulang.
Masalahnya adalah, dengan minimnya bahan jangan sampai membuat orisinalitas artikel bola yang kompasianer buat jadi hilang. Takutnya hanya asal baca berita terus ditulis ulang deh.
Maka dari itu saya coba berbagi pandangan yang walau sedikit ini mungkin bisa menghindarkan teman-teman kompasianer agar bisa menyajikan artikel bola yang tidak hanya modal baca berita trus ditulis ulang atau bahkan hanya "copy-paste"?
1. Sumber kredibel/valid
Pastikan sumber berita bola yang menjadi rujukan artikel yang kompasianer tulis bersumber dari surat kabar/media yang kredibel. Jangan sampai dari media/surat kabar yang abal-abal atau bahkan dari blog orang lain.
Usahakan ambil rujukan tak hanya dari satu sumber. Perbanyak sumber dan wawasan sehingga sudut pandang artikelnya luas.
Terus semisal sumber beritanya dari info seletingan, kabar burung, atau gosip, sampaikan siapa yang melontarkan isu itu. Nah tips saya kalau boleh ngasih nih, sumber berita seperti itu harusnya diolah lagi menjadi opini.
Opini dari penulis itu akan menambah kekuatan artikel. Jangan hanya meniru isi artikel yang dibuat jurnalis bola. Jika kompasianer memang seorang jurnalis yang melakukan liputan langsung ya monggo.
Namun apabila hanya penikmat bola biasa, perbanyak dulu wawasannya. Riset kebenarannya, dengan begitu ketika ada sanggahan di kolom komentar penulis bisa mempertanggungjawabkan artikelnya.
BACA JUGA : Nostalgia Derby Della Madonnina 2001 dan Nasib Terkini Para Pencetak Golnya
2. Kutipan dan gambar
Menambah kutipan sah-sah saja. Jangan takut untuk mengambil pernyataan dari hasil wawancara narasumber. Mengutip pernyataan jurnalis bola juga sah-sah saja. Kutip pernyataannya ya bukan tulis ulang artikelnya!
Lalu, pakailah gambar, foto, atau ilustrasi yang sumbernya legal. Bisa ambil dari situs penyedia gambar gratis seperti pixabay, pexels, unsplash, dsb. Bisa juga ambil langsung dari web klub bolanya langsung atau akun sosial media mereka.
Kalau mengambil dari web, kutiplah dengan lengkap. Tulis sumbernya, tak perlu caption panjang lebar, karena setahu saya itu juga tidak berpengaruh ke SEO.
3. Gaya bahasa
Ini yang paling penting! Gunakanlah gaya bahasa anda sendiri! Jangan meniru gaya seorang jurnalis liputan jika anda hanya menonton lewat layar kaca atau hanya membaca dari berita saja.
Jika kompasianer dapat berita dari surat kabar/media asing, jangan cuma copy-paste hasil terjemahannya. Gaya penulisan artikel berbahasa Indonesia dan asing itu beda.
Jangan hanya meniru isi beritanya, terapkan aturan anti plagiarism.
Tahukah anda? Mayoritas jurnalis bola berusaha netral ketika menulis berita agar beritanya berupa fakta dan informasi. Kasus ini banyak saya jumpai di media/surat kabar bola lokal. Isinya benar-benar berita saja. Â
Maka dari itu, ketika mau menulis di kompasiana, gunakan bahasa sendiri, jangan asal copy-paste dari translator atau sumber beritanya langsung. Tulis ulang dengan gaya bahasa sendiri. Tambahkan pandangan pribadi.
*saran: jika kompasianer mau nulis berita klub eropa/dunia mending langsung cari infonya di surat kabar/media internasional. sumbernya lebih dekat soalnya.
BACA JUGA : Hanya Terpeleset dan Haters yang Bisa Gagalkan Liverpool Juara Liga Inggris
Kembali ke poin pertama soal opini. Sebagai kompasianer yang menulis artikel bola jangan malu menunjukkan keberpihakan.
Tunjukkan saja anda fans klub mana. Jujurlah, dan tulislah opini atau tanggapan terhadap suatu berita dari klub kesayangan anda. Jangan malu menunjukkan emosi dukungan anda terhadap klub kesayangan.
Mau mendukung, mau protes, mau meledek, sah-sah saja asal tidak mengandung ujaran kebencian, SARA, pornografi, dan judi. Pokoknya jangan melanggar aturan tata tertib kompasiana aja.
Sudut pandang orisinal dari seorang fans itulah yang tak dipunyai jurnalis bola. Dan sudut pandang ini sangat menarik disimak.
Sebagai kompasianer yang menulis artikel bola coba tirulah pundit bola. Mereka dengan pedenya (kadang sok tahu) mengulas sebuah pertandingan bola atau gosip bola. Tidak kaku, informatif tapi menimbulkan rasa penasaran.
Jika kompasianer membaca artikel bola dari media internasional, beberapa jurnalis menulis opini mereka sendiri. Mereka menuliskan pandangan mereka, pendapat mereka, bahkan kadang ada juga yang berupa kritikan. Â
4. Unik
Satu tips lagi bagi kompasianer yang tertarik menulis artikel bola di kompasiana. Tulislah artikel yang informasinya jarang ditemui di media lain. "Ini tuh jarang diulas, masih jarang yang bahas.". Begitulah kerangka berpikirnya.
Saya ambil contoh ketika K-League 2020 bergulir. Saat itu, banyak media di Indonesia memberitakannya. Mereka menulis protokol kesehatan yang diterapkan, fakta laga pertama, hingga fakta pencetak gol pertamanya. Masalahnya, yang nulis itu ga cuma satu media tapi banyak media. Isinya? Ya mirip.
BACA JUGA : Korea Bangkit! Ini Profil dan Aturan Khusus K-League 1 Musim 2020
Nah coba deh kalau kompasianer bola banyak yang mengulas satu topik dalam satu waktu. Kemungkinan besar artikel buatan anda bakal kalah dengan mereka yang sudah senior, yang sudah banyak pembaca tetapnya juga follower-nya. Apalagi kalau kompasianer terlambat menulisnya. Â
Coba deh tulis fakta-fakta yang tak banyak dibahas, tapi menarik. Menampilkan sisi humanisme dari sepak bola juga boleh. Mau curhat klub kesayangan juga sah-sah saja.
Buat artikel yang kompasianer tulis itu unik dan tidak akan ditemukan di tempat lain. Kuncinya ya itu tadi, opini langsung dari kompasiner yang jujur mendukung klub mana, jadi artikelnya orisinal tidak hanya modal baca berita terus ditulis ulang atau cuma "copy-paste" (?).
Pandangan dari fans ini bagus dan bisa jadi bahan diskusi serta debat kusir, hehe
BACA JUGA : Donnarumma Jadi Dijual? Berikut Daftar Kiper Incaran AC Milan di Bursa Transfer Musim Panas
Nah, itulah beberapa tips yang ingin saya bagikan. Sekali lagi, saya tak bermaksud sok menggurui atau mendiskreditkan pihak tertentu. Tulisan ini saya beranikan untuk ditayangkan agar artikel bola di kompasiana mendapat tempat di kompasianer lain dan fans bola di Indonesia.
Karena makin kesini (tak cuma ketika pandemi), artikel bola bahkan olahraga pembacanya menurun.Â
Membuat artikel bola di kompasiana memang tak akan selaku ketika anda menulis topik politik, hukum, sosial, humaniora atau fiksi. Ada tantangan tersendiri.
Interaksi antara pembaca dan penulis juga kadang kurang. Maksud saya jika artikelnya hanya berita jadi tanggapannya juga sekadar sapaan. Coba kalau gaya bahasanya jujur menampilkan opini pribadi pasti ada sanggahan atau kritik dan diskusi jadi timbul. Jangan takut/malu dikritik dan mengkritik!
Akhir kata, semoga berkenan dan mohon maaf apabila ada salah. Mari tulis artikel bola yang orisinal dan bangga mengatakan, "Ini 100% tulisan saya,"
Sekian. Salam hangat.
@IrfanPras
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H