Tapi jika kita berkaca di dua musim terakhir khususnya di kompetisi eropa, Johan Cruyff Arena bukanlah tempat yang bersahabat bagi Ajax. Di Liga Champions musim lalu misalnya, Ajax mampu mengkandaskan juara betahan Real Madrid di kandangnya dan itu mereka lakukan setelah kalah di leg pertama yang gelar di Johan Cruyff Arena.
Namun yang paling diingat tentu kekalahan dramatis Ajax Amsterdam atas Tottenham Hotspurs di babak semifinal Liga Champions musim lalu.. Ketika itu Ajax mampu menang di kandang Spurs di leg 1, tetapi keunggulan agregat tak mampu mereka pertahankan di leg kedua.Â
Bermain di Johan Cruyff Arena, Ajax mampu unggul 2 gol terlebih dahulu dari Spurs di babak pertama. Di awal babak kedua, Spurs mampu menyamakan kedudukan dengan cepat dan ironisnya ketika para pendukung bersorak menunggu peluit babak kedua usai, Lucas Moura berhasil mencetak gol dan membuat seisi stadion terdiam lesu.
Namun setidaknya mereka tak bernasib seperti Arsenal yang terseok di liga selepas mengganti stadionnya. Ajax yang hanya mengganti nama stadion malah berhasil mengembalikan supremasi mereka di Belanda.
Akan tetapi dari dua kekalahan favorit juara Liga Malam Jumat itu kita bisa memetik pelajaran penting bahwa stadion memberikan kekuatan tersendiri bagi klubnya. Ada stadion yang menjadi angker bagi tim lawan ada juga yang menjadi kuburan bagi tuan rumah sendiri.Â
Nyatanya bermain di hadapan dukungan ribuan fans tak melulu berjalan mulus dengan hasil kemenangan bagi sang tuan rumah. Faktor penonton dan stadion tempat bertanding ternyata bisa mempengaruhi keberuntungan di sebuah pertandingan.
Sekian. Salam olahraga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H