Kemarin sempat mampir ke eks Keraton Agung Sejagat ini, ternyata ramenya minta ampun, sudah mirip tempat wisata. Sepertinya bagus juga jika kelak jadi destinasi wisata dg polesan-polesan event budaya yg menarik. Menurutmu gimana? pic.twitter.com/FN6gmkEWQM— Ganjar Pranowo (@ganjarpranowo) January 22, 2020
Di akun twitternya, Ganjar melihat potensi pariwisata di bekas lokasi kerajaan fiktif itu. Nah sama persis kan. Coba deh bayangkan, angkap saja lokasi tersebut dinamai "Wisata Keraja-rajaan" atau sejenisnya, pasti bakal laku.Â
Ya walaupun mungkin ramainya hanya ketika viral saja, namun lokasi keraton fiktif yang tengah ditelusuri izin dan kepemilikannya itu bisa saja dimanfaatkan untuk lokasi pasar malam atau untuk event bulanan dan tahunan. Wah sungguh solutif sekali bukan, hehe.
Saya iseng coba cek lokasi keraton agung sejagat di Google Maps. Ya ampun, ternyata sudah ada di Maps. Dan siapa coba orang iseng yang mendaftarkan Keraton Agung Sejagat sebagai museum?
Justru yang perlu dipedulikan adalah mereka yang bisa-bisanya ketularan halu dan rela menjadi pengikut keraton. Ada indikasi penipuan di balik berdirinya Keraton Agung Sejagat yang menunjukkan ada pihak yang dirugikan.Â
Justru mereka itulah yang perlu ditangani dan harus ada langkah nyata untuk mencegah kejadian serupa. Pemahaman kepada masyarakat utamanya masyarakat menengah ke bawah juga perlu ditingkatkan.
Pokoknya, viralnya Keraton Agung Sejagat ternyata juga membawa dampak positif kepada Purworejo. Ya, walaupun namanya jadi tercoreng dan membuat resah, tapi nama Purworejo menjadi terangkat dan memperoleh perhatian secara nasional.
Selain itu, lokasi peninggalan keraton justru memiliki potensi yang bisa dimanfaatkan masyarakat desa Pogung. Seperti kata Pak Gubernur, terlanjur viral dan terlanjur ramai.Â
Masa iya tidak dimanfaatkan untuk menambah penghasilan desa? Masa bodoh soal etika kepada pelaku (Totok dan Fanni), toh mereka melakukan penipuan, anggap saja ini hukuman atas aset fiktif mereka hehe.
Akhir kata penulis meminta kepada semua pihak yang membaca tulisan ini, tolonglah, tolong, berhenti mem-bully saya, hehe.