Lembaran Kertas di Dinding Ruang Kosong
(Oleh Irfan HT)
"Dinding hatiku lambat laun mulai serapuh dinding perpustakaan. Keduanya harus segera kurenovasi."
Teng teng teng....
Kudentangkan lonceng sekolah tanda istirahat selesai. Murid-murid pun kugiring ke perpustakaan.
"Bu guru, aku mau menggambar ikan,"Â ucap seorang murid perempuan.
"Kenapa mau menggambar ikan?" tanyaku penasaran.
"Banyak ikan mati kena bom, Bu," jawabnya tegas. Dia berlari mendahuluiku disusul belasan anak-anak kecil lainnya.
Ruangan perpustakaan kami tidak luas hanya 2x3 meter persegi. Dulunya ruangan itu dijadikan gudang penyimpan alat-alat sekolah yang sudah tidak terpakai. Setelah dirapikan, ruangan itu jadi lebih layak ditempati.
Di perpustakaan itu hanya ada lembaran kertas kosong dengan alat tulis dan krayon. Tidak ada meja dan bangku. Sejak ayahku masih hidup, semua murid diwajibkan memasuki ruangan kosong itu. Mereka disuruh berkreasi menggambar atau menulis apa saja yang mereka inginkan. Penuh sudah dinding-dinding ruangan dengan karya-karya yang bagiku sangat luar biasa. Karya-karya yang sudah lama terpampang di dinding kukumpulkan dan kujilid menjadi beberapa bundelan.