Salah satu lelaki kembali melompat ke kolam renang. Setelah berendam sebentar, lelaki yang bermata sipit dan berkulit putih itu keluar dan melilitkan handuk di badannya. Segelas vodka dia tuang ke dalam gelas dan meneguk sedikit demi sedikit. Dia pun mulai memancing kembali pembicaraan yang sempat terhenti karena hadirnya paus.
"Kalo aku, ingin menjadi bandar judi terkenal di dunia. Aku sudah bosan jadi penjudi," ujarnya.
"Tapi kan tidak semua negara melegalkan perjudian. Bagaimana bisnismu bisa bertahan?" tanya si insinyur.
Lelaki yang bertubuh pendek dan berkaca mata itu memegang tiang besi di dekatnya dan berakting seolah-olah dia hendak jatuh dan bertumpu pada kedua tangannya.
"Semua orang kalo sudah terjepit pasti mencari jalan yang cepat untuk bertahan hidup. Lihat aku! Aku berpegangan pada tiang ini saat kapal bergoyang keras," sahutnya, "Aku tak akan mencari tiang yang jauh."
"Lantas?"
"Kalian lihat teman kita yang sedang berjemur di sana," lanjutnya sambil menunjuk seorang lelaki berkulit coklat dan berperawakan hampir sama dengannya. Lelaki itu sedang asyik memainkan HP sambil mendengarkan musik.
"Di negaranya, apa yang tidak ada? Sumber daya alam melimpah tapi penduduknya banyak yang miskin. Dia sendiri pun seorang petani yang miskin. Apa yang membuat dia bisa berada di kapal mewah ini? Judi kan?" tambahnya lagi.
Semua terdiam sejenak sambil berpikir. Pria yang berkulit hitam berdiri mendekati temannya yang sedang berbicara itu.
"Tapi harusnya judi itu untuk orang-orang kaya yang bingung uangnya mau dihabiskan kemana. Mereka menjadikannya hobi. Judi bukan untuk orang miskin. Dia mungkin saja lagi beruntung tapi bagaimana dengan orang-orang yang rugi? Bukankah keluarganya akan merasakan derita?" bentaknya dengan nada tinggi.
Lelaki yang bercita-cita menjadi bandar judi itu pun balik berdiri sambil memegang pundak teman di depannya.