“Paman, tahun ini Prayoga pengen kurban. Kambing di kandang sudah besar. Pahalanya untuk Ayah dan Ibu di langit,” tulisnya.
Daryana selalu menangis setiap membaca surat itu setiap hari. Pantas saja Prayoga tidak pernah mau menjual kambingnya. Dia sudah meniatkannya untuk kedua orang tua. Apa daya, kambingnya tertolak untuk kurban. Daryana bingung kenapa Tuhan tidak memudahkan jalan anak yatim piatu itu untuk berkurban. Kenapa harus hilang dan Prayoga tidak mau kambingnya digantikan dengan yang lain, masih tanda tanya baginya.
Daryana bersemangat mengurus kambing-kambing sang juragan. Sayangnya, dia tidak pernah tahu darimana asal usul kambing yang dia urus setiap hari. Semakin hari semakin banyak saja. Hanya mantan istrinya, si tukang ojek dan Tuhanlah yang tahu siapa juragan itu sebenarnya.
Pengunjung yang datang ke lapangan semakin banyak. Mereka terlihat sedang sibuk menawar hewan untuk kurban. Tak ada yang tahu kalau kambing Prayoga sebenarnya ada di antara seribuan kambing-kambing milik sang juragan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H