Mohon tunggu...
Irfan Hamonangan Tarihoran
Irfan Hamonangan Tarihoran Mohon Tunggu... Penulis - Dosen

Menulis karya fiksi dan mengkaji fenomena bahasa memunculkan kenikmatan tersendiri apalagi jika tulisan itu mampu berkontribusi pada peningkatan literasi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Sepatu Teratai dari Guangzhou: Dendam Berujung Tragedi

23 Mei 2024   22:24 Diperbarui: 24 Mei 2024   08:23 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zishu pun langsung berpikiran jahat terhadap ibu angkatnya. Saat ayahnya masih di luar kota, diam-diam Zishu masuk ke dalam kamar dimana ibunya sudah dia berikan obat tidur sebelumnya. Benci pada Yueyin berimbas pada ibu angkat. Dia ambil tang dari gudang. Dengan jalan sedikit pincang karena jarinya sakit, dia dekati wanita paruh baya yang sedang tertidur itu. Tanpa berpikir panjang, semua jari kaki ibunya dia patahkan. 

Seketika rasa sakit di kaki Zishu pun menghilang. Pas menoleh ke samping, sosok wanita bangsawan itu hadir lagi dan meletakkan sepatu teratai di samping Zishu.

Sebenarnya, Zishu tak ingin menyentuh sepatu itu lagi. Dia tak ingin mengulang permohonan. Dia tak tega melihat ibu angkatnya siuman karena kesakitan dengan semua jari kaki yang patah.

Tapi Zishu masih menginginkan satu permintaan lagi. Dia ingin sekali bertemu dengan ayah kandungnya. Dari dulu niat itu belum kesampaian karena rahasia yang ditutupi oleh keluarga angkatnya sendiri. Keesokan hari, hasrat untuk menyentuh kembali sepatu teratai itu pun muncul.

"Aku ingin bertemu ayah kandungku," pinta Zishu sambil mengelus sepatu teratai di atas lemari.

Dia berniat mengorbankan jari kaki ayah angkatnya.

"Toh, dia bukan ayah kandungku," ungkap Zishu dalam hati.

Saat ayah angkatnya pulang dari luar kota, Zishu terlihat sibuk mengurus rumah.  Ibunya hanya bisa berbaring di kamar karena susah berjalan.

Hal yang sama diulang Zishu. Pada saat obat tidur sudah dilarutkan ke dalam minuman ayahnya, rasa kantuk mulai menyerang. Zishu siap-siap mengambil tang dari samping sofa yang sudah disiapkan. Namun kejadian itu dilihat oleh ibu angkatnya. Zishu panik. Dia memukul kepala bagian belakang ibunya dengan tang yang masih ada di tangan. Setengah tersadar dengan kepala berlumur darah, ibu angkatnya berkata terbata-bata.

"Itu--- ayah--- kandungmu, Zi---sha," ucap ibu angkatnya.

"Apa!?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun