"Tapi sepatu ini mengabulkan permintaan orang yang menyimpannya," lanjut kakek tua itu.
Zishu menatap si kakek dan penasaran, "Apa? Mengabulkan permintaan? Apapun?"
"Ya."
Seketika muncul pikiran negatif Zishu untuk membalas dendam pada Yueyin. Sudah lama dia mencari cara namun baru kali ini dia menemukan ide. Kakek tua itu pun dirayunya. Sejumlah uang ditawarkan, namun pria tua itu menolak. Dia malah memberikan sepatunya cuma-cuma.
Selepas 2 jam, Zishu dan keluarga angkatnya melanjutkan perjalanan wisata ke beberapa tempat. Sampai akhirnya, tibalah mereka di desa Likeng untuk berziarah ke makam ibunya Zishu.
***
Kembali ke Jakarta, wajah Zishu terlihat bahagia. Perjalanan jauhnya tidak sia-sia. Dia merebahkan badan untuk istrahat sambil mengelus sepatu teratai berwarna merah itu. Saat mau mengedipkan mata, saudarinya, Yueyin, masuk ke kamar.
"Sha, cucikan baju kotor ini semua !," perintah Yueyin.
"Ntar dulu, gua masih capek, Ci," jawab Zishu.
Yueyin melemparkan semua pakaian kotor yang dia pegang ke arah Zishu kemudian keluar kamar.
Zishu hanya terdiam tapi dia mengumpat dalam hati semoga saudaranya itu lenyap dari dunia ini.