Mohon tunggu...
Irfan Hamonangan Tarihoran
Irfan Hamonangan Tarihoran Mohon Tunggu... Penulis - Dosen

Menulis karya fiksi dan mengkaji fenomena bahasa memunculkan kenikmatan tersendiri apalagi jika tulisan itu mampu berkontribusi pada peningkatan literasi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Sepatu Teratai dari Guangzhou: Dendam Berujung Tragedi

23 Mei 2024   22:24 Diperbarui: 24 Mei 2024   08:23 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor Mandarin. Sumber gambar Getty Images Deutschland GmbH on Pixabay.com

Ibu angkatnya mengarahkan telunjuk ke lemari pakaian dan seketika itu juga menutup mata. Tubuhnya berlumuran darah di atas kasur.

Zishu mengikuti petunjuk yang diberikan. Dibukanya lemari itu dan terlihatlah sebuah foto lama. Tampak ayah angkatnya berdampingan dengan ibu kandungnya yang sedang menggendong seorang bayi. Dibawah foto ada tulisan kecil bertuliskan

Terlarang oleh takdir. Zishu, kami selalu mencintaimu. Desa Likeng, 1990.

Zishu baru sadar kalau ayah angkatnya selama ini adalah ayah kandungnya sendiri. Dia sangat menyesal telah membunuh  Yueyin, saudari satu ayah dengannya. Tangis meledak seketika namun terhenti karena sosok wanita bangsawan telah hadir di sampingnya. Sosok itu menunjukkan kaki ayahnya dengan telunjuk. Dia perintahkan Zishu untuk menunaikan janji mengorbankan jari kaki yang sudah dia niatkan.

Batin Zishu menolak. Dia menyesal dan tak mau lagi menyiksa keluarganya. Tapi sayang tangisnya tak meluluhkan roh jahat di depannya itu. Tiba-tiba kaki Zishu mengalami keram seakan ada yang mematahkan semua jari kakinya namun tak terlihat. Sepatu teratai pun dipaksa masuk ke dalam kaki itu. Zishu menjerit kesakitan. Dia berteriak, tidak kuat menahan rasa perih luar biasa di semua jarinya yang patah. 

Dia merangkak menuju jendela dan ingin melompat mengakhiri hidupnya. Karena teriakan keras, ayahnya siuman. Ayahnya mengejar putrinya dan berhasil menggenggam tangan. Namun sayang, seakan ada tenaga luar biasa yang menarik Zishu. Dia dan ayahnya pun terjatuh bersamaan dari lantai 20 apartemen mereka.

Zishu dan Ayahnya tewas seketika. Saat orang-orang di sekitar lokasi berkerumun, keluar seorang kakek tua dengan buntelan diapit di tangan kanannya. Dia  menggandeng gadis muda berpakaian tradisional cheongsam berwarna merah dan memakai sepatu teratainya. Mereka berjalan meninggalkan keramaian dengan tersenyum. Satu tugas sudah selesai. Selanjutnya, mereka masih akan mengincar manusia lain yang masih menyimpan dendam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun