Kubaca berulangkali isi pesan itu di depan bapak.
Aku girang sekali karena sudah lama menganggur. Bapak juga sangat senang karena malu dengan tetangga yang anak-anaknya tidak berkuliah tapi sudah bekerja di luar negeri.
***
Hari yang ditunggu pun tiba. Informasi selanjutnya di email disebutkan bahwa aku akan dijemput dari desa pukul 08.00 Wita oleh supir perusahaan.
Hatiku sangat senang sekali di pagi ini. Sayangnya, bapak sudah pergi duluan ke ladang untuk bertanam kacang hijau.
Tak lama menunggu, suara klakson mobil terdengar,"Tet, tet...,"
Kulihat supir keluar dari mobil. Alangkah terkejutnya aku melihat lelaki yang cincinnya kusimpan ternyata sudah berada di depan rumah.
Aku buru-buru ke kamar dan mencari cincin itu.
"Maaf, Mbak, bisa kita berangkat sekarang?" suara lelaki itu terdengar dari luar sambil menelpon seseorang.
Aku sudah berusaha mencari namun cincin itu entah kemana perginya. Bapak pun tak ada di rumah. Tak ada yang bisa kutanya tentang keberadaan cincin itu. Aku pun panik.
"Lho, Mbak Misya ya?"Â tanya pemuda itu kaget.