Merasa putus asa dan lelah mencari, dia duduk di tangga taman. Dia melepas topinya dan membentangkan kedua tangan ke belakang. Kulihat sepertinya dia haus. Namun saat kutawarkan minum air kelapa muda yang kupesan, dia menolak.
"Aku sudah mencari dari tadi, Dik,"
"Cari apa?"Â tanyaku.
"Sebuah cincin."
Aku berdiri dan mencoba membantunya mencari di sekitar tempatku berada. Sudah bolak balik namun tak ketemu juga.
"Wanita yang ingin kulamar tadi melemparkan cincin itu," ujarnya sambil tertunduk lesu.
"Dia menolak nikah denganku," lanjutnya.
Bapakku tiba-tiba datang menghampiri. Aku bercerita dan berharap dia membantu mencari karena dia adalah seorang sandro, orang yang dianggap sakti.
"Percuma dicari, cincin itu belum dibuang," kata bapakku.
"Dia buang, Pak, aku melihatnya dibuang," kilah pemuda itu.
Seperti biasa, bapak tak banyak omong. Â Dia pergi meninggalkan kami.