Mohon tunggu...
Irfandy Dharmawan
Irfandy Dharmawan Mohon Tunggu... Lainnya - Lawyer Tri Vittama Firm

Mengarungi Samudra Hukum, berlabuh di Dermaga Filsafat, dan Berlayar di Lautan Politik. Seorang Sarjana Hukum yang sedang menambahkan cerita di Perpustakaannya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Diaduk atau Tidak Diaduk, Bubur dan Pilihan Hidup yang Tak Pernah Sederhana

10 Oktober 2024   22:48 Diperbarui: 12 Oktober 2024   07:17 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bubur Ayam Diaduk (Sumber: dokumentasi pribadi)

Ilustrasi Bubur Ayam Tidak Diaduk (sumber: dokumentasi pribadi)
Ilustrasi Bubur Ayam Tidak Diaduk (sumber: dokumentasi pribadi)
Sementara itu, bagi mereka yang lebih suka bubur tidak diaduk, ada sebuah filosofi yang berbeda. Menjaga setiap elemen bubur tetap terpisah memberikan kesan bahwa hidup harus dinikmati satu per satu. 

Setiap elemen; nasi, kuah, ayam, dan topping lainnya, punya perannya masing-masing dan sebaiknya dinikmati dalam keasliannya. Tidak perlu mencampurkan semua hal menjadi satu, karena ada nilai dalam menjaga keutuhan dan kerapihan.

Orang yang suka bubur tidak diaduk sering kali adalah mereka yang lebih suka melihat hidup dalam kategori yang jelas. Urusan pribadi dan pekerjaan, misalnya, dijaga agar tidak saling bercampur. 

Filosofi ini juga mencerminkan keinginan untuk menikmati setiap elemen kehidupan dengan cara yang terpisah, tidak terburu-buru mencampur semuanya. Ini adalah pilihan yang penuh kehati-hatian, di mana setiap langkah diambil dengan pertimbangan matang.

Bubur tidak diaduk juga bisa menjadi lambang disiplin dan keteraturan. Mereka yang memilih bubur tidak diaduk mungkin lebih cenderung menghargai proses dan kesederhanaan dalam menjalani hidup.

 Setiap elemen memiliki waktunya sendiri untuk dinikmati, dan tak perlu terburu-buru mencampur semuanya sekaligus. Rekomendasi Bubur terbaik untuk tim ini tentu saja adalah bubur yang setiap elemen topping-nya tetap terjaga keutuhannya.

Guyonan: Bubur Diaduk vs Tidak Diaduk, Seperti Pertarungan Kubu yang Abadi

Jika berbicara tentang perdebatan bubur diaduk atau tidak diaduk, ini adalah perdebatan yang mungkin tak akan pernah selesai. Seperti pertarungan antara klub bola atau genre musik, preferensi bubur pun bisa memecah belah meja sarapan. 

Di media sosial, kita sering menemukan meme dan komentar lucu tentang hal ini. Ada yang berkata, "Diaduk itu hidup berantakan!" atau "Tidak diaduk itu hambar, nggak menyatu!" Guyonan semacam ini sering kali menjadi hiburan tersendiri.

Namun, di balik canda tawa, ada makna yang lebih dalam dari perdebatan ini. Bubur, dengan segala variannya, bisa menjadi simbol dari cara kita melihat dunia. 

Apakah kita harus menerima segala hal apa adanya dan mencampurnya menjadi satu? Atau justru kita harus mempertahankan keutuhan setiap elemen? Pada akhirnya, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Pilihan ini adalah soal bagaimana kita menjalani hidup dan menikmati prosesnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun